bang yedam [ending]

2.3K 486 18
                                    

kring kring!

bel istirahat segera berbunyi setelah guru sosial gue menutup pelajaran hari ini dengan salam.

"jangan lupa kerjakan pekerjaan rumah."

pesan pria dengan profesi tenaga pengajar tersebut kemudian disahuti oleh sorakan para murid.

"siap pak!"

setelah guru sosial tersebut keluar dari kelas, sebagian besar murid berhamburan keluar kelas.

hampir semuanya, kecuali gue, yuna, jisung serta eunsang yang terus menempel pada gue seharian.

presensi somi dengan jinsung dan yujin segera nampak di ambang pintu, kelas somi dan jinsung bertetangga dengan—

—kelas gue, sementara kelas yujin berada di paling ujung gedung kelas tiga. mana dia sendirian.

"ayo ke kantin!"

ajak yuna sembari merangkul lengan gue erat. begitupula dengan jisung dan eunsang yang memaksa gue berdiri.

"udah sebulan lo ga ke kantin anjrit."

kata jisung memaksa gue berdiri dari posisi duduk di kursi. gue menggeleng tanda menolak ikut.

"kenapa ke perpustakaan mulu demi wifi sih? tambah pinter juga enggak!"

kesal eunsang seraya mendengus karena gue masih batu tidak mau ikut makan di kantin sekolah.

"udah deh, kalian ke kantin aja. gue mau rebahan di perpustakaan!"

seru gue malas. seraya menepis tarikan dari ketiga manusia yang perutnya sudah berbunyi keras.

"gue nyerah. kalo lo laper sewaktu jam pelajaran, ajak gue ke kantin."

kata yuna seraya menarik kedua pemuda lainnya untuk meninggalkan gue di kelas seorang diri.

setelah teman-teman gue pergi, gue melangkah keluar kelas menuju perpustakaan yang letaknya di ujung koridor.

gue melepas sepatu kemudian masuk ke ruangan yang suasananya sunyi senyap tersebut.

layaknya orang linglung, gue menoleh ke seluruh penjuru ruangan mencari-cari keberadaan seseorang.

belum ada.

lantas gue mengambil buku komik kemudian duduk di sofa paling ujung, tempat dimana wifi lancar jaya—

—dan udaranya sangat sejuk apalagi tidak begitu terpengaruh kebisingan. apalagi tidak banyak orang disana.

gue memasang earphone di telinga, membunyikan lagu di playlist kemudian fokus membaca komik.

tuk!

sesuatu yang sangat dingin menempel di satu sisi pipi gue membuat gue menoleh kearah pelaku.

seorang pemuda berkata sesuatu dengan tatapan yang sulit diartikan. gue tidak bisa mendengarnya karena—

—telinga gue sedang disumpal oleh earphone. gue melepas benda tersebut lantas bertanya.

"lo bilang apa?"

tanya gue setengah bengong seraya menegakkan tubuh yang tadinya ok bersandar di tubuh sofa.

pemuda tersebut merupakan peraih medali olimpiade sains yang mungkin kini sedang mempersiapkan ujian.

ketua kelas gue ketika berada di kelas dua, kini ia dan gue telah berada di kelas yang berbeda.

"kalau kesini buat tidur lagi mending lo pergi. malu maluin nama ketos aja lo."

ketus pemuda tersebut seraya mengambil sebuah buku materi ujian di jejeran rak buku tebal.

gue mendengus kesal. "ketos nya kan gue, ya gue malu maluin nama gue sendiri. peduli amat lo?"

pemuda tersebut bergeming sejenak lantas kembali sibuk dengan tumpukan buku ujiannya.

gue kembali memasang earphone dan menegakkan posisi buku komik gue untuk gue baca.

"nih."

kata pemuda tersebut dengan tatapan datar. ia menyerahkan sebuah bungkus plastik.

gue meraih plastik tersebut dengan semangat. selama dua minggu terakhir, ia selalu membawakan makanan.

"lo suka roti yang polosan sama jus kan?"

tanya pemuda tersebut ketika gue menatap sebuah bungkus merek roti dan jus yang gue sukai.

"kok lo tau? lo sasaeng gue?!"

tanya gue sembari memasang ekspresi terkejut yang terkesan sangat menyebalkan.

"dih gue sibuk. kemaren kan lo yang ngode bego."

jawabnya ketus seraya menatap gue horor. gue mengerutkan dahi sembari mengingat ingat.

"kemarin kan kita ga ketemu dam?"

tanya gue bingung seraya menggaruk kulit kepala. mata pemuda tersebut seketika melebar.

"y-ya kemaren kan ga harus sehari yang lalu."

jawab pemuda dengan name tag bang yedam tersebut kemudian duduk di sebelah gue.

gue kembali fokus membaca lembaran demi lembaran buku komik gue sembari makan roti.

"lo tau jawaban ini?"

tanya yedam sembari menunjuk sebuah nomor soal. gue yakin dia sudah tahu jawabannya.

gue menggeleng karena rupanya yang ia tanyakan adalah mata pelajaran matematika yang belum diajarkan.

"jawabannya c. gampang gini, makanya jangan baca komik mulu."

cercanya kemudian kembali membaca buku soal tersebut. gue yang kesal menatapnya sinis.

"paham ga lo?"

tanya yedam lagi. kini gue menggeleng sekali lagi.

yedam mengambil pensil serta kertas kosong kemudian mencoretkan angka di atasnya.

"ini gini, terus gini."

jelasnya. gue mengangguk paham.

yedam meletakkan pensilnya kembali. "begini aja lo ga tau. gimana reaksi mama gue kalau tau mantunya dungu?"

"mama lo bangga tuh waktu tau mantunya jadi ketua osis."

kata gue tidak mau kalah. kami berdua saling menatap sengit dan tersenyum mengejek.

jisung yang baru saja tiba di perpustakaan lantas menggeleng.

"kalian pacaran tapi ga pernah akur. gue bersyukur masih ada manusia yang lebih bodoh dari gue."

bang yedam [ending]

boyfriend ; treasure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang