28th [ Park Jeongwoo 3 ]

3.8K 637 113
                                    

Gue menautkan sebuah karet pada rambut kehitaman yang gue miliki, "Nah, beres!" Pada hari minggu pagi ini, gue berencana untuk lari pagi bareng kakak gue, kak Chanwoo, karena kita berdua udah lama ga olahraga. Kalo diingat-ingat, kerjaan gue dan kak Chanwoo selama ini cuma bertengger di depan PC.

Gue yang sudah siap ini buru-buru berlari ke luar kamar menuju kamar kak Chanwoo yang letaknya ga begitu jauh dari kamar gue. Tanpa aba-aba, gue langsung ngebuka kamarnya, "Woi Chan, gue--

Sang pemilik kamar sedang ga berda di kamarnya. Gue buru-buru ke ruang keluarga dan benar saja, "Woi Chanu, gue udah siap nih!"

Kak Chanwoo menatap gue sengit, "Gue kakak lo, sopan dikit kek. Oya, gue ga bisa ikut."

Gue menatapnya seolah kecewa, "Terus gue sama siapa dong?" Kak Chanwoo terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Sendiri lah, udah biasa sendiri juga. Gue beliin es krim deh ntar."

"Nah gitu dong dari tadi. Gue pergi dulu ya," Ucap gue melesat keluar rumah. Kak Chanwoo cuma geleng-geleng ngelihat gue yang lari-larian di dalam rumah.

• • •

Bingung banget. Sedari tadi gue cuma plonga-plongo di bangku taman sambil ngelihatin orang-orang berlalu-lalang. Mana banyak orang-orang pacaran disini, dikira mereka doang manusia di tempat ini?

Gue memasuki sebuah mini-market di dekat sini, berjalan jauh membuat kerongkongan gue kering. Awalnya sih niat gue beli air mineral doang, tapi... es krim baru rasa pisang menggoda gue untuk membelinya, gue beli deh akhirnya.

Setelah mengambil barang-barang yang gue beli, "Terima kasih, selamat datang kembali." Kemana tujuan gue setelah ini? Entahlah, gue belum mikir mau kemana.

Bruk!

"WADOOOOH! MAAF KAK-- EH, KAK (Y/N)?" Seru seorang pemuda dengan heboh, rasanya gue kenal suara ini. Gue melirik ke depan gue--agak sedikit ke atas karena pada dasarnya gue lebih pendek dari orang itu.

Gue mengernyitkan dahi kemudian membelalak, pantesan familiar, "Eh? Jeongwoo kan? Ngapain kesini?"

"YA ELAH, DIKIRA KAKAK DOANG YANG BISA KE MINI-MARKET? GUE JUGA PUNYA DUIT, MAAP AJA NIH YA!" Seru Jeongwoo, aduh suaranya toa banget sampe yang jaga kasir ikut nyimak percakapan kita. Gue menempelkan jari telunjuk pada bibir gue, "Ga usah teriak-teriak, Wo."

Jeongwoo langsung mingkem, "Sori lupa."

Park Jeongwoo namanya, panggil aja Wowo. Dia adalah adik kelas gue yang pernah bikin gue pingsan, bukan karena ketampanannya tapi karena sebuah bola tenis yang pernah dia lempar malah melesat ke kepala gue dengan cukup keras.

"Kakak mau kemana? Bareng temen ya?" Tanya Jeongwoo bawel. Gue menggeleng, "Ga tau mau kemana. Gue bingung ini ga ada tujuan. Kalo lo kemana?"

"Gue abis PS-an di rumah Junghwan, tadi baru mau pulang tapi abang gue nitip soda," Jelas Jeongwoo panjang lebar. Gue cuma manggut-manggut paham, ga sadar dari tadi kita berdiri di depan pintu masuk mini-market sampe halangin orang-orang yang mau keluar-masuk.

Jeongwoo yang sadar akan itu langsung menarik gue menuju sebuah bangku dan menyuruh gue untuk duduk disana, "Gue juga ga ada rencana, kak. Kita main ya abis ini? Tunggu gue beli soda buat abang gue, jangan kemana-mana ya!"

Gue cuma ngangguk nurut aja.

Ga ada dua-puluh menit, dia udah keluar dari mini-market dengan plastik berisi lima kaleng minuman bersoda. "Ga kebanyakan, Woo?" Tanya gue pada Jeongwoo sambil melirik kantong plastik di tangan kirinya.

Jeongwoo mengikuti arah pandang gue kemudian menjawab, "Oh ini? Ga apa-apa, biar abang gue keracunan soda, tanpa si item gue bakal lebih leluasa di rumah, ga jadi babu lagi, selain itu gue bakal menikmati masa remaja tanpa penyesalan."

Gue memutar bola mata, "Drama lo." Jeongwoo mengajak gue untuk naik ke sepeda motornya, tak lupa ia memberikan helm.

"Buruan kak, abang gue udah nunggu di rumah."

• • •

"Woo?" Panggil pria semampai yang berjalan di belakang Jeongwoo, gue yakin itu kakaknya karena wajah mereka cukup identik di mata gue, untungnya lebih tinggi kakak Jeongwoo. Gue yang sejak tadi menunggu di bangku halaman depan rumah Jeongwoo langsung berdiri dan tersenyum pada kakaknya.

Kedua bersaudara itu sibuk saling membisik, entah apa yang mereka bicarakan. Tak butuh waktu lama, kakak Jeongwoo langsung menghampiri gue dan menglurkan tangannya, "Gue Woojin, abang Jeongwoo."

Gue tersenyum padanya dan membalas uluran itu, "(y/n), kakak kelas Jeongwoo." Kak Woojin manggut-manggut, "Tau, Jeongwoo sering cerita tentang lo."

"EH APAAN ANJING?! FITNAH LO!" Seru Jeongwoo, mukanya udah tegang. Kenapa deh?

"Yeu kan gue ga boong. Emang sering cerita kok," Balas Woojin. Ya udah, terus gue suruh gimana gitu kalo sering diomongin? Jungkir balik? Bungee-jumping? Kenapa mereka seheboh ini?

Setelah keduanya menyelesaikan perdebatan panjang, Jeongwoo berjalan menuju sepeda motornya diikuti oleh gue, "Gue pergi dulu ya, blacky. Jaga rumah yang bener, anjing peliharaanku. Kalo ada maling, gigit aja," Ujar Jeongwoo yang gue yakini itu ditujukan pada kakaknya.

"Oke babi, ngepetnya yang kenceng ya. Bikin keluarga ini kaya, gue bosen liat lo ga berguna disini," Jawab kakak Jeongwoo membuat gue ingin tertawa dan mendukung ucapannya. "Woo, good luck!" Sambungnya ga lama.

Wajah Jeongwoo langsung agak tegang, "A-APA SIH? UDAH GUE BILANG BIASA AJA, BOLOT LO!" Pekiknya sebelum tancap gas. Gue yang ga paham mengernyitkan dahi, "Kenapa, Woo? Kok emosi?"

Jeongwoo gelagapan, "E-enggak ada kok, kak. Abang gue emang rada-rada."

Park Jeongwoo

Hai!

Ga kerasa kita udah sampe di part 3! Sebentar lagi bakal ada konflik, nih. Ga berat kok, tenang aja, aku ga jago bikin masalah yang super rumit. Ditunggu yaaa!😆

By the way, karena udah sampe part 3, aku mau cerita dikit aja tentang asal inspirasiku.

Sebenernya, tokoh (y/n) banyak terinsprasi dari diriku sendiri, karena satu-satunya orang yang bisa aku dalami ya diriku sendiri. Dalam hal sifat loh, aku orangnya nekat, kalo udah kesel ga ada takut-takutnya, ga peka, dan... payah banget dalam hal percintaan :(

A-aku ga pernah direbutin 13 cowok sekaligus.. Jadi maaf kalo agak kurang gimana, si (y/n) ini gambaran kehidupan percintaan yang aku mau. Tapi aku sadar, dari 13 orang itu kita cuma bisa bareng 1 orang atau ga sama sekali. Mungkin kita juga bakal kehilangan beberapa, tapi manusia selalu gitu kan? Menurut aku, serakah itu manusiawi.

Mungkin aku bakal kesulitan buat ending-nya, karena secara ga sadar kita semua mau ke-13 nya sekaligus, seperti aku sekarang. Jadi, mohon bantuannya ya! Maaf juga aku lama banget kalo up episode baru, hehe.

Omong-omong, ini sinopsis cerita yang aku janjiin kemarin! Genrenya horror-mystery, aku masih amatiran :(

Aku masih perlu revisi work di atas, kalo udah siap mungkin aku publish atau mungkin tunggu waktu yang tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku masih perlu revisi work di atas, kalo udah siap mungkin aku publish atau mungkin tunggu waktu yang tepat.

Akhir kalimat, Park Jihoon ganteng.

Jangan lupa vote & comment !

See ya!

boyfriend ; treasure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang