"Kak!"
"Kak (y/n)!"
"Kak, ayo pulang bareng aku!"
Ajak Haruto spontan berjalan di sebelah gue. Seluruh atensi siswa dan siswi pun teralihkan pada kami. Mana Haruto pake acara aku-kamu an.
Jelas orang-orang mikir yang enggak-enggak. Padahal mah gue sama Haruto cuma tetanggaan.
"Jauh-jauh, To. Banyak yang liatin. Nanti lo dikira naksir gue lagi," Pinta gue seraya mendorong-dorong lengan Haruto tapi Haruto-nya batu banget woe.
"Ya cuekin aja kali, kak," Tukas Haruto santai. Ia menyambung kata-katanya, "Jadi gimana? Mau bareng ga?"
Hari ini kak Chanwoo ga bisa jemput gue, teman-teman gue juga udah dijemput. Kalau naik ojek online sepertinya mahal. Kalau nebeng Haruto... gratis.
"Ya udah, ayo," Jawab gue yang langsung digandeng Haruto menuju parkiran motor sambil lari.
• • •
"Kak, udah sampe," Ujar Haruto setelah sepeda motornya berdiri di depan pagar rumah gue.
Gue yang merasa kantuk buru-buru turun dari motornya, "Makasih To, tiati!" Seru gue.
"Yakali, Rumah aku kan depan rumah kakak persis. Gimana sih?" Jawabnya sembari tertawa gemas.
"Ya udah tetep hati-hati. Udah sana buruan!" Usir gue, Haruto melambaikan tangannya kemudian memasukkan motornya ke dalam rumah.
Gue pun masuk ke dalam rumah setelah Haruto masuk. Melepas sepatu, mencuci tangan dan kaki, makan, kemudian—
tok tok tok !
Karena sekarang ini penghuni rumah hanya gue seorang, gue pun membuka pintu utama.
"Lah? Ngapain?" Tanya gue keheranan. Emang ada barang Haruto yang kebawa di gue apa? Iya, si Naruto balik lagi.
"Anu kak, bantuin aku dong!" Ucapnya memohon seraya merapatkan kedua telapak tangannya.
"Bantuin apa?" Tanya gue kebingungan dengan ekspresi memelas Haruto yang lebih cocok dibilang lagi dikejar hutang.
"Ini mama suruh aku belanja bulanan, hehe!" Ia menyengir sesekali melihat secarik kertas yang ia bawa.
Gue kira dia hutang nyawa di pesugihan sampai-sampai mukanya sepanik itu, ya maaf.
"Ya udah, gue ganti baju dulu, gue masih pake seragam nih. Mau nunggu dimana?" Tanya gue pada Haruto seraya membuka lebar pintu rumah gue.
"Ada orang selain kakak ga?" Tanya Haruto seraya menengok isi rumah gue. Gue menggeleng.
Lantas ia menjawab, "Ga usah deh, kakak kan perempuan, ga baik. Aku tunggu di sini aja!" Ujarnya menunjuk sebuah kursi di teras rumah.
Gue langsung menutup pintu rumah. Sejak kapan Haruto se(?)gitu-nya? Dia belum pernah mengatakan hal seperti itu sebelumnya. Malahan dulunya suka asal masuk rumah orang.
Mungkin karena sebelumnya dia adalah murid menengah pertama yang lugu dan tengil(?).
Peduli apa gue?
• • •
Sekarang ini, gue dan Haruto berada di tengah-tengah pusat perbelanjaan untuk memenuhi list belanjaan Haruto.
Tenang aja, kami bagi tugas kok jadi ga ada yang numpang nama kaya kerja kelompok.
Tugas gue mencari barang-barang yang ada di dalam kertas, sementara Haruto yang membaca tulisan di dalam kertas serta mendorong troli.
"Tepung, kak!" Seru Haruto sembari mendorong troli belanjaan sementara gue berjalan di depan meneliti seluruh isi rak.
"Tepung apaan atuh?" Tanya gue kesal pada Haruto. Haruto menggeleng tak paham.
"Emang beda semua ya?" Tanya Haruto dengan ekspredi tak berdosa. Bingung ini sebenernya polos apa bego sih?
"Beda lah, Naruto!" Seru gue kesal segera merebut kertas daftar belanjanya sementara yang punya kertas buru-buru menelepon mama-nya untuk menanyakan hal tersebut.
Gue pun berkeliling sendiri mencari barang-barang yang lainnya tanpa Haruto. Lagipula bocah itu masih ribut dengan mama-nya di telepon perihal ejaan nama tepung, ribet banget manusia.
"Gula... mana gula?" Gumam gue kemudian mengobrak-abrik isi rak hingga tanpa sengaja menyenggol beberapa barang dan—
bruk!
Gue membuat beberapa barang jatuh ke lantai. Buru-buru gue memungutnya—
tanpa gue sadari, tangan gue dan seseorang bertemu.
"Sini saya bantu—eh (y/n)?" Ujar orang itu kemudian tersenyum lebar sambil menyebut nama gue.
Gue melongo seraya mendongakkan kepala untuk melihat siapa orang tersebut.
"eh—
Watanabe Haruto
Hai!
Lama ga jumpa! Jangan lupa jaga kesehatan!
Ga mau bilang apa-apa sih, semoga suka ceritanya dan jangan bosen-bosen ya hehe, jangan lupa buat selalu support treasure
apalagi udah mau keluar chapter two, huhu [mrasa senang & trharu]
Jangan lupa vote dan comment!
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend ; treasure✓
Fanfic↬ completed Bagaimana rasanya dikelilingi tiga belas laki-laki yang menyukaimu?