mashiho [ending]

2.3K 493 58
                                    

"(y/n)!"

drap drap drap! bunyi langkah kaki seorang pemuda dengan tumpukan buku di tangan kanannya.

saking kencang kakinya melangkah, ia hampir menjatuhkan buku-buku yang berada dalam genggamannya.

bahkan tidak hanya sekali dua kali kakinya hampir terpeleset dan tubuhnya oleng nyaris terjatuh.

"hati-hati!"

seru gue khawatir seraya menghampiri pemuda itu dan menahannya sebelum ia terpeleset.

"jarang jarang (y/n) ajak pulang bareng makanya mashi buru-buru piket."

kata mashiho seraya meringis kuda. biasanya gue tidak mengajak mashiho pulang, justru ia yang mengajak.

meskipun kami tetap akan bertemu di halte bus tanpa perlu janjian. kami juga akan naik bus yang sama.

terkadang gue yang punya banyak kegiatan akan pulang lebih sore daripada anak-anak lain.

kebetulan hari ini mashiho juga pulang sore karena mengambil kelas kelompok belajar bersama—

—tentu saja, karena ujian akhir akan tiba dalam waktu yang sangat dekat. semua siswa menjadi lebih sibuk.

gluduk!

suara langit kelabu yang bergemuruh. menurut perkiraan cuaca, hari ini akan turun hujan.

mashiho menatap langit sore ini tanpa ekspresi, kemudian melihat layar jam tangannya.

"kayaknya kita kesorean, udah ga ada bus lewat, mau terobos?"

tawarnya. gue menyahut dengan gelengan tidak setuju.

"kita tunggu aja, mungkin sebentar lagi hujannya selesai."

ya. itu kata-kata sialan yang gue lontarkan sekitar dua puluh menit yang lalu, sebelum gue menyesal.

hujan tidak henti-hentinya mendera permukaan keras bumi, justru sebaliknya malah semakin deras.

"gimana hasil percobaan ujianmu?"

tanya mashiho yang sepertinya mengerti kalau gue mulai merasa jenuh berdiam diri disitu.

gue menghembuskan napas dalam dalam seraya mengusap poni dengan frustasi. "jangan tanya."

memang, nilai gue kemarin cukup menggelikan sampai-sampai kena omel oleh asahi.

mashiho terkekeh. "maaf mashi ga tau. nilai percobaan ujian milik mashi kemarin juga ga bagus kok."

gue mengangguk.

udara sore ini cukup dingin. membuat gue menggigil, padahal seragam kami sudah dilengkapi sweater.

gue mengusap bahu dan lengan yang telah tersapu dengan udara dingin tidak bersahabat itu.

pluk!

"pake aja dulu."

ujar mashiho setelah merentangkan jaketnya di bahu gue. padahal itu satu satunya jaket yang ia kenakan sekarang.

"lo ga apa-apa?"

gue merasa tidak enak dengan mashiho yang sering membantu gue. seperti sewaktu gue tidak sempat istirahat—

—mashiho menitipkan beberapa bungkus roti lapis dan air mineral ke anak yang sekelas dengan gue.

gue ingat juga saat hari dimana gue datang bulan dan rok putih gue jadi bernoda merah.

mashiho memberikan jaketnya pada gue dan mengikatkan pada pinggang, ia juga memberikan obat pereda nyeri.

sebaik itu mashiho ke semua orang, termasuk gue. manusia malaikat ini tidak pernah membedakan.

boyfriend ; treasure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang