"Eh-
Mashiho!" Seru gue menyebut nama pemuda yang tengah berjongkok sembari merapikan barang-barang yang gue jatuhkan tadi.
Takata Mashiho namanya, seangkatan sama gue di sekolah. Meski berbeda kelas, Mashiho tetap menyapa semua orang yang ia kenal.
Pemuda Takata tersebut tersenyum manis ke arah gue kemudian berdiri, "(y/n) masih mengingat saya ya?" Tanyanya senang.
"Iya lah! Lo mau ngapain disini?" Tanya gue balik. Ia menjawab, "Saya kerja sambilan disini, (y/n)." Gue baru sadar Mashiho memakai seragam karyawan.
Setahu gue, dia orang yang rapi dan bersih. Insecure gue dengernya, kamar gue bahkan lebih mirip kandang.
Gue mengangguk paham, "Lo udah ga sulap?"
"Mashiho masih sulap kok setiap sabtu, soalnya Mashiho libur kerja sambilan cuma di hari itu," Jelasnya. Rajin banget kayanya.
"(y/n) mau cari apa?" Tanya Mashiho. Gue berpikir sejenak, kelupaan abis diajak ngobrol, "Anu—Gue cari rak gula, ada di sebelah mana ya?"
Seharusnya dia tahu letak rak gula.
"Dekat kok, jarak tiga rak dari sini. (y/n) mau diantar?" Tawar Mashiho.
Gue percaya sama Mashiho, pasti dia bakal tahu tempatnya. Beda cerita kalau Haruto yang kerja sambilan, yang ada ajang tebar pesona.
"Boleh?" Tanya gue.
• • •
"Mashiho bantu gue pilih dong! merk apa yang bagus?" Pinta gue seraya mengamati isi rak gula. "Boleh. Tapi omong-omong, (y/n) mau cari gula apa kalau boleh tahu?" Tanya Mashiho.Gue membelalak. Bodoh, gue lupa tanya. Di kertas belanjaan hanya tertulis 'gula'.
"Sebentar ya Mashi, gue tanya teman gue dulu!" Ujar gue seraya menunjuk ponsel. Mashiho mengangguk, "Jangan lama-lama ya!"
Gue mengangguk dan segera menelepon tetangga gue, si Naruto alias Haruto Watanabe. Baru dering kedua, Haruto sudah mengangkatnya.
"Kak (y/n)! Kakak kemana? Aku udah nemu tepung yang kita cari, kak!" Seru Haruto dari seberang telepon. Suaranya terdengar panik.
"Gue lagi cari gula. Gula apa yang diminta mama lo by the way?" Tanya gue sembari memperhatikan Mashiho yang tengah merapikan letak bungkus gula.
"Ambil aja semuanya! Aku ke rak gula ya!" Ujar Haruto dan langsung menutup sambungan telepon kami. Dia pasti sudah lelah setelah berdebat perihal nama tepung dengan mama-nya.
Tapi ga diborong juga! Mentang-mentang berduit!
"Mashi," Panggil gue.
"Ada apa, (y/n)?" Mashiho mengalihkan atensinya pada gue.
"Gula yang paling laris yang mana?" Tanya gue. Mashiho langsung mengumpulkan beberapa bungkus gula dan menyerahkannya pada gue.
"Disini yang paling banyak dibeli gula pasir, gula batu sama gula merah," Jelasnya.
Gue mengangguk kecil, "Thank's ya."
Mashiho menganguk.
"Omong-omong, kenapa lo pakai saya-kamu ke gue? Kita kan seangkatan!" Tanya gue heran. Abis gue berasa tua kalau ngobrol sama Mashiho.
Mashiho terdiam, "Benar juga. Tapi saya terbiasa seperti ini, (y/n). Orang tua Mashi bilang kesopanan itu penting."
Gue mengangguk paham, bawaan rupanya.
"...(y/n) mau Mashi pakai aku-kamu ke (y/n)?" Tanya Mashiho. Gue membelalak, "Boleh? Senyaman elo aja sih—"
"KAK (Y/N)!" Pekik Haruto membuat orang-orang disekitar kami ikutan menoleh. Buset deh Haruto malu-maluin aja.
"Kenapa, To?" Tanya gue sembari menoleh kearah Haruto.
Haruto menghampiri gue dengan napas terengah-engah, "Aku cari kakak daritadi—makasih ya mas udah bantuin pacar saya."
Kata Haruto setelah netra-nya menangkap kehadiran Mashiho. Gue menatap keheranan, "Lo udah ada pacar? Mana?"
"Ini di depan aku," Ujar Haruto sembari menatap gue. Posisinya ia berhadapan dengan gue. Gue menatap malas, "Ngimpi lo?"
"Pacar kamu, /n)?" Tanya Mashiho dengan tatapan yang sulit diartikan. Gue menggeleng, "Ini Haruto, tetangga gue sekaligus adik kelas."
Kala itu juga, raut wajah Mashiho berubah senang(?)
"Kakak kenal?" Tanya Haruto. Gue mengangguk, "Seangkatan sama gue."
Haruto menatap sengit pada Mashiho kemudian menggandeng lengan kiri gue, "Ayo kak, pulang."
Ini bocah satu kenapa sih?
"Dadah, (y/n)!" Ujar Mashiho sembari tersenyum manis dan melambaikan tangannya. Gue membalasnya, "Dadah Mashi."
• • •
"Kakak aku cari-cari daritadi, taunya malah ngobrol sama cowok!" Gerutu Haruto sembari menghentikan motornya di depan gerbang rumah gue.
Gue turun dari motornya dan mengembalikan helm. Sudah sejak lima belas menit lalu kami berjalan pulang, namun baru sekarang Haruto membuka suara.
Ini bocah ngambek?
Gue menaikkan sebelah alis gue, "Ya emang kenapa? Kan temen gue?"
"Ya—ya aku kan jomblo kak, kalo kakak ngobrol sama temen laki-laki aku iri lah!" Kata Haruto sembari melepas helm nya.
"Ya elah Naruto ribet, ya udah maaf," Cibir gue seraya mengusap pucuk kepalanya namun entah mengapa dirinya tampak tegang.
"A-aku pulang dulu kak! Hati-hati ya!" Ujar Haruto kemudian melajukan motornya pada rumah yang berada di depan rumah gue persis.
"Hati-hati juga!"
Takata Mashiho
apa aku up setiap sabtu-minggu ya?
semangat kalian, semangat aku, semangat kita semua.
tolong vote & comment ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend ; treasure✓
Fiksi Penggemar↬ completed Bagaimana rasanya dikelilingi tiga belas laki-laki yang menyukaimu?