BIGSTAR.TV
Diana mendongak menatap gedung dengan nama Bigstar.Tv yang terpampang jelas di sana. Gedung pencakar langit tempat ia bekerja sekaligus tempat siksaan baginya.
Ia menghela nafas kasar, hampir dua tahun sudah Diana mengabdi di sana. Butuh pengorbanan yang besar dan usaha yang tinggi untuk menjadi bagian dari perusahaan televisi, yang masuk jejeran pertelevisian terkenal di negaranya. mimpinya sejak dulu yang ingin ada dibalik suksesnya dunia pertelevisian.
Diana mengambil tugas sebagai salah satu staf kreatif televisi, membuatnya mengemban tanggung jawab besar. Melalui otaknya, ia dan timnya memikirkan cara bagaimana membuat para penikmat televisi senang, bersaing dengan channel televisi lainnya untuk mendapatkan predikat channel yang paling digemari oleh penikmat tv.
"Semangat Diana. Hari ini mungkin akan lebih baik dari pada hari patah hati lo saat Rizky Febian ketahuan udah punya pacar," gumamnya menyemangati diri sendiri.
Diana bergegas menuju pintu masuk gedung, sebelumnya ia harus melalui cek dan absen harian. Diana tinggal menekan jempolnya pada alat sidik jari yang otomatis masuk kedalam absennya, pengecekan barang bawaan miliknya dilakukan oleh salah satu petugas kemanan di gedung tersebut.
Setelah hampir lima menit absen dan pengecekan barang. Diana berjalan menuju lift, menekan angka sembilan tepat ruang kerjanya berada. Sebelum pintu tertutup sebuah tangan menghentikan pergerakan lift yang akan segera menutup.
Mata Diana terbelalak saat melihat orang yang dengan santainya masuk ke dalam lift dan berdiri disampingnya. Segera Diana mengeluarkan jurus genjutsu milik Sasuke bukan, bukan. Mana berani ia melakukan itu kepada orang yang sedang melirik sinis kepadanya sekarang. Yang ada ia yang diamaterasu duluan.
Diana tersenyum manis dan menampakan wajah sok terkejutnya,"Eh, bapak Alvaro. Selamat pagi, Pak. Bapak sudah sarapan belum? Saya sudah pak, tapi tadi pas lagi makan saya tersedak dan mau minum eh malah ngga ada air jadi terpaksa saya nel--,"
"Stop!" Sebuah tangan besar milik Alvaro Azrian Bagaskara berada didepan wajahnya menghentikan ocehan milik Diana. Diana mengerjapkan matanya lalu membungkam mulutnya rapat-rapat karena takut.
"Bisa tidak kamu diam? dan siapa yang tanya kamu sudah makan atau belum. Saya bahkan tidak peduli," kata Alvaro tegas. Ia menarik lengannya yang berada didepan muka bawahan cerewetnya itu.
"Maaf, Pak. " Diana menundukkan kepalanya,"Saya pikir tadi bapak bilang stop mau nyanyi lagunya dewi persik."
Alvaro semakin menatap tajam Diana yang sedang terkekeh geli sambil menunduk.
Keheningan menyelimuti mereka berdua dan Diana membenci itu, ia mendongak menatap tubuh besar raksasa ditambah tiang listrik milik atasannya itu. Resiko pendek, penuh perjuangan untuk melihat lawan bicara yang tinggi macam Alvaro.
"Pak," panggilnya.
"Hm" gumam Alvaro masih engan menatap Diana.
"Pak,"
"Hm."
"Pak pak,"
"Ya!"
"Pak pak pak"
Alvaro mengeram kesal dan melirik sinis kearah Diana yang sedang cengengesan,"Apa?" jawabnya ketus.
"Gaji kapan cair, pak?" Alvaro ternganga saat mendengar penuturan bawahannya yang super ajaib.
Rasanya ia ingin membawa Diana ke alaska dan menenggelamkannya kedalam sana, tapi bila itu terjadi ia kasihan kepada keluarganya atau bahkan keluarganya akan berterima kasih karena sudah membuang gadis seperti Diana? entahlah, sekarang Alvaro hanya menghela nafas dalam-dalam dan mengalihkan pandangannya ke pintu lift, tidak berniat sama sekali membalas ucapan Diana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Produser Love (COMPLETE)
General Fiction#Bagaskara1 Rasa sakit terkhianati oleh orang yang berarti di dalam hidupnya. Membuat dia berfikir tidak akan pernah lagi mengenal cinta. Menutup semua perasaan yang mencoba masuk kedalam hatinya, hingga membuat hatinya tak ingin ada yang mengisiny...