CPL 37

11.1K 676 8
                                    

Tolong mengertilah~~

Happy Reading ^^

***

Patah hati? bukankah sudah konsekuensi bagi mereka yang menjalin sebuah hubungan. Kata orang patah hati memang sakit, tetapi bukan berarti menjadikan hal itu sebagai alasan  kefrustasian bahkan gila sampai lupa akan hidup yang terus berjalan.

Diana kembali menghela nafas untuk sekian kalinya, ia menatap langit-langit kamar Rani. Setelah Rani menjemputnya, perempuan itu membawa Diana kerumahnya agar lebih nyaman dan leluasa bagi Diana.

"Diana." Diana mengalihkan pandangannya pada sang tuan rumah yang masuk dengan nampan berisi dua gelas minuman dan makanan ringan.

"Nih minum dulu biar lo tenang," ujar Rani menyodorkan gelas berisi minuman yang dibawanya.

"Thanks, Ran."

Rani mengangguk, lalu duduk disamping Diana. Diusapnya bahu sahabatnya itu dengan lembut.

"Udah tenang?" tanya Rani yang langsung diangguki Diana. Memang setelah membawa Diana kerumahnya, Ia belum tau apa penyebab Diana menangis.

"Coba ceritain ke gue, lo kenapa hm?"

Diana menatap Rani dengan mata berkaca-kaca.

Rani yang melihat hal itu langsung saja memeluk tubuh Diana erat. Ia mengelus punggung Diana yang bergetar
"Sst ... It's oke, Na. Pelan-pelan aja."

"Ran, apa yang harus gue lakukan?" ucap Diana terisak, "gue liat foto dia dengan yang lain dan itu buat gue sesak, Ran. Apa yang harus gue lakukan?"

Rani mengusap punggung Diana, "Foto apa yang lo maksud?" tanyanya tak paham. Ia mendengar nada frustasi saat Diana berucap hal itu.

"Dia, gue liat dia sama perempuan lain. Mereka punya hubungan."

"Hubungan?" Rani melepaskan peluknya dan menatap Diana penuh tanda tanya.

Menghela napas dalam, Diana mengangguk, "Namanya Mega, gue yakin mereka punya hubungan. Gue nggak sengaja liat album foto, dan isi album itu foto Pak Alvaro dengan Mega," terangnya masih terus mengeluarkan air mata.

"Gue bisa liat  Pak Al sangat mencintai dia, Ran."

"Mega?  dia ..." Rani mengingat saat ia dan Rizky di cafe dan melihat Alvaro dengan seorang wanita.

Apakah wanita itu yang bernama Mega,' batinnya menduga.

"Apa Mega wanita yang hamil?" tanya Rani memastikan.

Diana nampak terkejut, "Dari mana lo tau?"

"Hmm, sebenernya gue nggak sengaja liat Pak Alvaro di cafe sama wanita hamil dan gue duga itu Mega yang lo maksud," cicit Rani.

"Kenapa lo nggak pernah bilang?" Diana benar-benar terkejut dengan apa yang Rani ucapkan.

"Sorry, Na. Gue cuman takut lo sedih."

Sebenarnya ia tidak mau mengatakan hal ini, Rani takut Diana akan tersakiti saat ia mengatakan hal itu. Bukankah Diana juga berhak tau sebagai orang yang memiliki hubungan dengan Alvaro.

"Gue harus apa, Ran?! saat rasa cinta gue udah tumbuh buat pak Al, dan udah percaya sama dia. Sekarang..." Diana terdiam, sesak dihatinya kembali lagi hingga tak mampu mengucapkan sesuatu yang akan semakin membuatnya sakit hati.

"Gue mulai ragu akan rasa cinta dia ke gue," lanjutnya.

Rani menghela napas lelah, ia menarik bibirnya keatas lalu  menggenggam tangan Diana, "Datangin dia dan bicaralah dengan baik-baik. Gue yakin semua masalah ada solusinya, semua akan baik-baik saja, Diana," ucap Rani.

Cold Produser Love (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang