CPL 38

11.6K 641 16
                                    

Terimakasih atas dukungannya
ʕっ•ᴥ•ʔっ

Happy Reading^^

***

Jika boleh memilih, bagi sebagian manusia ingin mempunyai jodoh yang sempurna baik secara fisik maupun finansial. Akan tetapi, jika semua itu hanya angan belaka. Nyatanya sang pencipta, menciptakan makhluk-nya dengan kekurangan walau hanya seujung jarinya.

Diana tersenyum tipis. Artikel yang lewat di beranda sosial medianya seakan menyeletuk hatinya.  Jika diibaratkan yang Diana inginkan dalam sebuah hubungan adalah kesempurnaan. Tidak ada pertengkaran, lurus seperti jalan tol. Ya kembali lagi, itu hanya bayangan saja. Tuhan memang selalu adil.

Menciptakan kebahagian dengan selipan kesedihan didalamnya.

Menyenderkan bahu didekat jendela Kereta yang sedang berjalan. Diana menerawang semua kejadian yang ia alami.

Memegang kearah dadanya saat denyutan menyakitkan terasa kembali. Diana memejamkan mata seolah ingin melupakan kejadian yang membuatnya memutuskan untuk menenangkan diri, dengan pulang ke kampung halamannya.

Untuk sekarang Diana hanya ingin tenang, tanpa gangguan pria itu. Hingga akhirnya Diana memutuskan pergi untuk pulang ke rumah aslinya. Tidak bisa memastikan untuk berapa lama, Diana hanya ingin menghindar dari pria yang mengkhianati kepercayaannya.

Bahkan Diana mengabaikan panggilan telpon yang berulang kali berdering dari kekasihnya itu. Tunggu sebentar, apa masih bisa disebut kekasih? sedangkan pria itu telah membohonginya begitu besar.

Diana masih ingat sejak kejadian tempo hari, Ia  mengurung diri di kosannya. Bahkan saat Alvaro datang dan ingin menjelaskan semuanya padanya, Diana menghindar dan mengusir Alvaro pergi.

Menenangkan diri dengan pulang ke kampung halamannya adalah jalan yang Diana pilih, bahkan Rani dan Rizky sempat mendesak ikut bersamanya. Namun Diana menolak.

"Kakak cantik." Diana mengalihkan pandangannya saat sebuah tangan mungil menarik bajunya.

Diana menarik bibirnya keatas, saat melihat gadis kecil sedang menatapnya dengan muka polosnya.

"Hai, sayang. Kamu namanya siapa?"  Diana menggenggam tangan mungil tersebut.

Gadis kecil itu tersenyum,
"Anaya," jawab gadis kecil itu malu-malu.

"Wah, Anaya cantik banget sih. Kamu kesini sama siapa?" gemas Diana saat melihat wajah Anaya. Sedangkan Anaya  terkikik geli.

"Sama Mama. Tuh Mama lagi nelpon Papa," tunjuk Anaya pada seorang wanita yang berdiri tak jauh dari mereka.

"kakak namanya siapa?" tanya Anaya, gadis kecil itu duduk dipangkuan Diana yang memangkunya tadi.

"Nama kakak Diana, sayang."

Dan dimulailah obrolan mereka, Diana terus  tertawa karena melihat tingkah Anaya yang begitu lucu saat gadis kecil tersebut bercerita tentang sekolahnya. Diana yang terbuai dengan keberadaan Anaya sempat  membuatnya melupakan  luka dihatinya.

"Anaya." Obrolan mereka terhenti saat wanita muda berlari menuju mereka.

"Mama." Anaya segera turun dari pangkuan Diana, bocah berumur lima tahun itu berlari memeluk ibunya.

"Kamu itu, Mama takut kamu hilang sayang. Jangan jauh-jauh mainnya," tutur ibunya khawatir.

"Iya, Mama. Tadi Aya main sama kakak yang di sana." Tunjuknya pada Diana yang sedang tersenyum kepada mereka.

"Maaf ya, dek. Kalo anak saya merepotkan," kata si ibu dengan senyuman.

"Tidak apa-apa, Bu. Anaya anak yang manis," ucap Diana.

Cold Produser Love (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang