Happy Reading ^^
Jangan lupa Vote dan comment nya!***
"Bapak kenapa panggil saya?"
Alvaro menatap sekilas Diana.
"Hanya meminta kamu untuk standby program baru. Tolong hubungi tim penyiar dan minta laporannya," kata Alvaro sambil kembali memeriksa berkasnya.Diana mengernyitkan dahinya. Kenapa tidak lewat telpon saja, kenapa ia harus repot-repot datang keruangan Alvaro kalau hanya mengatakan hal yang seperti itu.
"Bapak nyuruh saya kemari cuman buat itu?" tanya Diana heran.
"Iya. Memang apalagi? kan kamu yang menjadi penanggung jawab tim program baru!" jawab Alvaro ketus.
Diana mencibir."Kirain mau minta maaf," gumamnya pelan.
"Ya sudah, pak. Saya pamit keluar dulu, permisi."
"Tunggu!" Diana menghentikan langkahnya dan menatap bingung Alvaro.
"Iya, Pak?"
"Buatkan saya kopi dan bawa kesini."
"Tapi pak. Kan ada mang Husen ngapain saya yang harus buatin?"
Apalagi sekarang, belum puaskan Alvaro menyiksanya seharian ini.
"Saya mintanya kamu. Jangan membantah, cepat buatkan," ujar Alvaro sambil menatap tajam Diana.
'Sial banget gue! Dasar atasan medusa!' rutuk Diana dalam hati.
Diana menghela nafas kemudian tersenyum terpaksa."Baik pak. Akan saya buat kan, saya permisi dulu. Selamat siang!"
Diana menutup pintu kerja setan durjana itu. Setelah keluar dari ruangan tersebut, Diana terus menggerutu, mengumpat dan memaki.
Dasar Produser sialan! Tidak mau minta maaf atas kesalahannya yang meninggalkan dirinya direstoran sendirian dan sekarang malah disuruh buat kopi! yang benar saja, memang Diana babunya apa. Sialan!
Diana berjalan ketempat pantry dengan wajah menekuk, ia ingin membuat kopi terpait kalo perlu kopi sianida biar mampus sekalian.
***
Matahari telah kembali ketempatnya. Langit berubah hitam dengan awan, bulan dan bintang yang ikut menerangi indahnya malam.
Diana mendesah pasrah. Ia pulang malam lagi. Ini semua karena tanggung jawabnya dalam program yang diemban dirinya beserta timnya.
Sehingga mau tidak mau Diana yang memantau agar persiapan berjalan lancar sampai hari-H.Diana melirik arlojinya, jam tujuh lebih sedikit, untung saja ia sudah menelepon Feby agar memberitahu ibu kos bahwa ia pulang sedikit terlambat. Kalo tidak! Bisa-bisa ia tidur di pintu gerbang kosannya.
Saat Diana sedang merenungkan nasibnya ditemani alunan lagu yang masuk ke gendang telinganya melalui headset. Lagu dari Glen fredly- sekali ini saja. Menemani Diana yang sedang berfikir menggunakan apa iya pulang.
Naik gojek kah? Gocar kah? Odong-odong kah? Atau pintu ajaib doraemon jika ada.
Tepukan bahu mengagetkan Diana yang sedang berfikir, ia menoleh kearah pelakunya.
"Hai. Belum pulang?""Hai hai hai. Sok nyapa lo! Kalo gue disini tandanya gue belum pulang Rizky!" Diana memutar bola matanya malas saat laki-laki didepannya hanya cengengesan.
"Cuman nanya doang elah. Galak amat," kata Rizky sambil menyenggol bahu Diana.
"Apasih senggol-senggol. Perlu gue kasih peringatan sengggol dikit bayar!" ketus Diana menatap Nyalang Rizky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Produser Love (COMPLETE)
General Fiction#Bagaskara1 Rasa sakit terkhianati oleh orang yang berarti di dalam hidupnya. Membuat dia berfikir tidak akan pernah lagi mengenal cinta. Menutup semua perasaan yang mencoba masuk kedalam hatinya, hingga membuat hatinya tak ingin ada yang mengisiny...