CPL 26

11.5K 732 3
                                    

Ngebut

Happy Reading ^^

***

"I'm jealous you know! Saya tidak suka kamu membicarakan atau suka dengan pria lain karena saya cemburu. Puas!"

Deg.

Diana terdiam membisu saat mendengar jawaban Alvaro yang entah kenapa membuat jantungnya berdetak kencang.

Ditatapnya wajah Alvaro yang sedang memeluk perutnya. Baru kali ini ia merasakan perasaan yang sangat sukar untuk diutarakan.

"Khem, pak. Sa-saya harus pulang. Ini sudah malam." Diana mendorong kepala Alvaro sehingga menjauh darinya.

Alvaro menatap Diana yang memalingkan wajahnya kearah lain. Ia memangguk lalu meneggakaan badannya.

Diana segera menjauh dari sofa lalu mengambil tas miliknya.
"Saya tunggu diluar ya, Pak!"

"Tunggu disini saja." Alvaro mencekal lengan milik Diana.

"Baik, Pak."

Alvaro berjalan menuju lantai atas kamarnya. Ia merutuki saat mulutnya berucap seperti tadi. Sial! Kenapa Alvaro seperti ABG saja.

Diana melihat tubuh Alvaro yang menjauh, ia bernafas lega sekarang.

"Gilak! Apa tadi, kayanya kuping gue kemasukan air deh. Nggak salah denger kan pak Al cemburu. Astaga!" ucap Diana dramatis dengan memegang dadanya.

Diana menoleh kearah pintu warna abu-abu yang pertama kali saat ia kemari sudah membuat jiwa ingin taunya meronta-ronta. Dilihat pintu itu adalah pintu biasa, atau mungkin gudang. Namun Diana tetap tertarik untuk melihat isi dari ruangan itu.

Ia melangkah mendekati pintu itu. Melihat kearah tangga siapa tau Alvaro sudah keluar dari kamarnya. Dirasa aman, Diana melangkah semakin dekat dan sekarang berada didepan pintu abu-abu itu.

"Buka tidak ya? Buka aja lah dari pada penasaran," batin Diana.

Tapi sebelum memegang gagang pintu suara Alvaro yang memanggil Diana terdengar.
Ia berlari menjauhi pintu itu, untunglah suara Alvaro masih ditangga, tidak melihatnya karena terhalang dingding.

"Iya, Pak?" Diana masih menyesuaikan nafasnya dalam hati berdoa agar Alvaro tidak mencurigainya.

"Dari mana kamu?" tanya Alvaro setelah menganti bajunya.

"Keliling ruangan, pak. Dekorasinya bagus ya," ucap Diana tersenyum manis.

Alvaro mendekat kearah Diana, sontak perempuan itu melangkah mundur hingga menyentuh dinding yang berada dibelakangnya.

"Pak Al, mau apa?"

Tangan Alvaro terangkat dan menyentuh pipi Diana, dielusnya pipi itu. Mata Alvaro tak lepas dari wajah cantik perempuan dihadapannya.

"Bukankah kamu belum memberi jawab kepada saya, Diana," ujar Alvaro sambil terus mengusap pipi Diana.

Diana mengernyit bingung, memang apa yang Alvaro ucapakan hingga menuntutnya untuk menjawab.

"Apa?"

"Saat ditaman."

"Yang mana?"

Alvaro mendengus, dan mendekatkan wajahnya pada telinga Diana.

"Jadilah kekasih saya, kamu belum menjawabnya, kan?"

Waduh, gue lupa soal itu. Mampus sudah kau Diana!

Cold Produser Love (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang