Terimakasih atas dukungannya.
Happy Reading^^
***
"Cih! Ini yang namanya sahabat? mau lamaran nggak dikasih tau, sekalian aja entar pas nikah dirahasiain biar cuman wali sama penghulu doang." Alvaro memutar bola matanya malas saat mendengar gerutuan Rian.
Pria itu datang kantornya dan langsung melontarkan protesnya perihal Alvaro yang melamar Diana. Rian kesal kerena ia mengetahui hal itu belakangan, itupun Samudra yang memberitahunya.
"Alvaro, lo anggap apa gue selama ini hah?! masa gue yang tau belakangan!" seru Rian keras.
"Berisik!" Samudra bersuara, Ia menatap bergantian Rian dan Alvaro lalu menyuruput kembali kopi miliknya.
"Lagian lo sekarang udah tau kan, Yan. Jadi nggak usah drama kaya gitu," ujar Samudra.
Rian seketika memegang dadanya saat mendengar ucapan pedas Samudra, "Ta-tapi tapi gue---"
"Sahabatnya Alvaro, gue tau!"
"YA TERUS KENAPA GUE YANG HARUS TAU BELAKANGAN!"
"Sudahlah, kalau mau berisik lebih baik keluar," celetuk Alvaro mulai sibuk kembali membaca berkasnya.
Rian menatap sinis Alvaro, dan menggerutu pelan.
"Giman soal kerjaan di studio? lo bukannya masih Produser yang nanganin program di sana mana bisa lo keluar gitu aja," ucap Rian kala mengingat Alvaro yang akan keluar dari stasiun tv Star."Ya, gue masih proses surat keluarnya. Untuk sementara projek program di pegang lo dan tetap gue awasi," jawabnya tanpa memandang lawan bicara.
"Bukannya gampang? tinggal bilang bokap lo," usul Samudra.
"Tetap harus melalui prosedur kantor."
Rian dan Samudra mengangguk. Mereka terdiam diruangan itu, hingga Alvaro kembali bersuara.
"Tempat untuk lamaran yang bagus dimana?"
Dahi Rian seketika mengernyit, "Lo mau lamar siapa lagi? Diana nggak cukup?"
Alvaro mendongak menatap mereka berdua dengan diam, kedua tangannya bertautan menopang dagunya.
"Untuk Diana," jawab Alvaro.
"Hah? maksudnya mau lamar Diana untuk kedua kalinya gitu?" Rian bertanya kembali.
"Hm, lamaran kemarin itu resmi tapi untuk kali ini gue pengin lebih istimewa."
"Martabak kali ah istimewa."
"Maksud lo. Lo mau lamaran yang lebih romantis?" Alvaro menatap Samudra lalu mengangguk.
"Bawa aja Diana ke restoran punya lo, terus taruh cincin dimakannya, nah! entar pas Diana makan tuh makanan pasti ketemu dong cincinnya."
Alvaro masih mendengar ucapan Rian dengan serius.
"Diana pasti kaget, dia natap lo langsung minta penjelasan tentang cincin itu, Nah ini puncaknya! lo lamar dia deh bilang gini 'Diana mau kah kamu jadi pasangku selamanya? katakan ia sayang."
"Terlalu biasa," ucap Samudra yang kemudian diangguki Alvaro.
Usulan Rian yang awalnya menarik malah sekarang membuat Alvaro ingin menghajar Rian. Bagaimana bisa ia melamar Diana dengan kata-kata terlalu dramatis seperti itu. Suruh saja Alvaro memisahkan buah naga dari bijinya dari pada melakukan hal itu.
Rian berdecak kesal, "Kalian orang-orang kulkas mana paham tentang hal romantis, gini-gini gue punya banyak pengalaman tau."
"Pengalaman gonta-ganti pasangan," timpal Samudra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Produser Love (COMPLETE)
General Fiction#Bagaskara1 Rasa sakit terkhianati oleh orang yang berarti di dalam hidupnya. Membuat dia berfikir tidak akan pernah lagi mengenal cinta. Menutup semua perasaan yang mencoba masuk kedalam hatinya, hingga membuat hatinya tak ingin ada yang mengisiny...