Happy Reading^^
***
Blam
"Dua menit tiga belas detik!"
"Hah?" Diana yang baru saja duduk disamping mobil atasannya seketika bingung karena ucapan orang disampingnya.
"Apa yang dua menit, pak?" tanya Diana sembari membenarkan posisi duduknya.
"Kamu telat, dan itu membuang waktu saya!"
Diana terdiam, batinnya sedang menahan agar tidak mengucapkan kata-kata jahanam.
"Telat dikit doang pak. Lagian pak Al yang minta saya buat kasih laporan rincian program ke mas Yudi. Yaudah telat," kilahnya mencibir.
Alvaro mendengus kesal, perempuan disebelahnya memang menyebalkan. Ia sedikit menyesal telah menjadikannya pacar. Eh tidak jadi menyesal deng.
"Terserah!"
Mobil Alvaro melaju meninggalkan gedung pertelevisian. Tadi memang Alvaro menyuruh Diana agar pulang bersamanya, walaupun diawal gadis itu menolak keras semobil dengannya. Namun bukan Alvaro namanya jika tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Kita mau kemana, pak?" Diana menoleh kearah Alvaro yang masih fokus kejalanan.
"Butik."
"Butik? ngapain?"
"Beli baju buat nanti malam."
"Ooo." Hanya itu yang bisa Diana ucapan dan selanjutnya kembali hening bagai kuburan.
Ngeri gue lama-lama dimobil pak Al! Takut kesurupan.
***
"Selamat datang Mr. Bagaskara, suatu kehormatan anda datang kemari," seorang pria paruh baya beserta beberapa karyawan dibelakangnya membungkuk dan menyapa Alvaro dan Diana saat mereka memasuki sebuah butik.Diana membalas pria itu dengan senyuman sedangkan Alvaro hanya mengangguk singkat.
"Apa yang anda butuhkan tuan?"
"Dimana Merisha?" Alvaro menatap pria itu dan mengacuhkan pertanyaannya.
"Ibu Merisha sedang keluar negeri tuan, saya Tio manager penanggung jawabnya."
Merisha? batin Diana berucap ia seperti kenal nama itu tapi dimana nya ia lupa.
"Carikan gaun untuknya," perintah Alvaro sambil menunjuk Diana dengan dagunya.
Pria yang bernama Tio itu menatap Diana ramah.
"Mari Nona."Diana menoleh kearah Alvaro meminta persetujuannya yang dibalas anggukan kecil oleh pria itu.
Ia dibawa kesebuah ruang khusus menyedikan berbagai gaun mewah. Perut Diana tiba-tiba mulas karena melihat berbagai gaun yang menurutnya sangat mewah.
"Nona, silahkan pilih atau Nona ingin pelayan kami pilihkan."
Ucapan dari Tio membuyarkan lamunan Diana, ia menoleh kearah Tio sambil menggaruk tengkuknya.
"Saya mana bisa milih, bagus semua ini," ucap Diana jujur.
Tio tertawa pelan mendengar kejujuran Diana.
"Gaun ini adalah rancangan nyonya Marisha, gaun-gaun ini hanya ada dibutik kami.""Ngomong-ngomong, tuan Tio--"
"Tio saja Nona, saya tidak pantas dipanggil tuan," potong Tio.
Diana mengangguk saja.
"Tio apa boleh saya tau, ibu Marisha itu siapa? Namanya kaya nggak asing gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Produser Love (COMPLETE)
General Fiction#Bagaskara1 Rasa sakit terkhianati oleh orang yang berarti di dalam hidupnya. Membuat dia berfikir tidak akan pernah lagi mengenal cinta. Menutup semua perasaan yang mencoba masuk kedalam hatinya, hingga membuat hatinya tak ingin ada yang mengisiny...