Happy Reading^^
***
Langit masih bersinar menampakan awan berwarna jingga berpadu indah saat sang surya mulai lenyap.
Alvaro memandangi senja dari balik kaca kerja diruangannya yang menghadap langsung pada jalanan ibu kota.
"Apa lo yakin, ini bukan pelampiasan yang sekian kalinya?" Masih diam, Alvaro tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya itu.
Pikirannya bercabang, bayang-bayang itu muncul membuat Alvaro mati-matian ingin melupakannya.
"Ayolah, Al. Gue tau hati lo masih ada dia bukan? Menurut gue nggak seharusnya lo jadian orang lain sebagai dia!"
"Lo nggak tau apa-apa, Rian!" desis Alvaro tanpa melihat pria itu.
Rian mendesah pasrah, sahabatnya yang merangkap menjadi atasannya itu begitu keras kepala. Empat belas tahun mengenal Alvaro, Rian sudah tau luar dan dalam pria itu. Bahkan ia juga mengetahui masa lalu yang begitu menyakitkan, sehingga Alvaro yang sekarang bukan lagi Alvaro yang dulu.
"Nggak selamanya lo terjebak dalam bayang-bayang dia, Al. Kejadian itu udah lama, saatnya lo untuk lupa akan itu. Lo harus keluar dari zona masa lalu!" kata Rian panjang lebar. Ia ingin sahabatnya bisa melupakan masa lalunya.
"Gue udah lupain dia," gumam Alvaro. Alvaro sedikit berbohong, nyatanya hatinya masih tercetak jelas nama perempuan masa lalunya.
"Ck, cuman dimulut lain dihati! Apa kabar dengan anak orang yang lo baperin sekarang!"
Alvaro menatap datar Rian, tidak peduli perkataannya pria itu.
"Eh iya, gue denger mantan lo si buah Cherry kesini? mau ngapain dia, Minta duit?" tanya Rian sarkas.
"Nggak tau, masuk udah gelayutan kaya monyet."
Rian terbahak,"Gitu juga mantan lo!"
"Pelampiasan lebih tepatnya!"
Ya benar! Cherry hanya pelampiasan Alvaro dimasa lalu, ia berpacaran dengan Cherry hanya karena perempuan itu sedikit mirip dengan dia dimasa lalu.
"Yayaya! Terserah lo!"
Alvaro menghembuskan nafas kasar, "Keluar sana, gue mau kete-"
"Mau ketemu Diana? Ah cepet juga gerakan lo, tapi kayanya gue liat dia lebih tertarik sama gue yang gantengnya maksimal ini." Rian menaik turunkan alisnya,
"Shut up!" geram Alvaro.
Alvaro menyesal telah menceritakan kejadian dimana Diana terang-terangan menatap penuh minat Rian. Bahkan Alvaro ingin memukul wajah Rian saat reaksi pria itu yang malah tertawa terbahak.
Rian menghentikan tawanya dan berdehem, "Oh ya, gue kesini mau kasih tau lo."
Alvaro menaikan alisnya, "Apa?"
"Jangan pura-pura lupa! Bosen gue diteror sama bokap lo!"
"Biarin aja." Alvaro menjawab malas, ia sudah mengetahui tujuan ayahnya itu. Bahkan ayahnya menyuruh Rian untuk membujuknya untuk mengelola perusahaan yang sebentar lagi akan diatas namakan dirinya.
Alvaro jengah jika Erlangga sudah membahas tentang Alvaro yang akan menggantikannya diperusahaan. Bukan ia tidak mau, hanya saja Alvaro belum siap untuk posisi itu.
"Lo tega sahabat lo yang ganteng ini digantung didepan rumah lo, ya?! lo tau, mana berani gue lawan om Erlangga!" Rian memegang lehernya, ia membayangkan ucapan ayah Alvaro yang mengancam akan menggantung dirinya di pintu gerbang mension milik keluarga Alvaro jika ia gagal membujuk sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Produser Love (COMPLETE)
General Fiction#Bagaskara1 Rasa sakit terkhianati oleh orang yang berarti di dalam hidupnya. Membuat dia berfikir tidak akan pernah lagi mengenal cinta. Menutup semua perasaan yang mencoba masuk kedalam hatinya, hingga membuat hatinya tak ingin ada yang mengisiny...