Mulmed Alvaro💕
Selamat membaca
***
"Pa-k Almarhum?" cicit Diana yang sudah menjauh dari orang tersebut.
"Apa kamu bilang?!" Orang itu nampak geram, badannya sakit akibat pukulan Diana yang lumayan keras.
"Eh maksud saya, Bapak Alvaro yang terhormat," koreksi Diana sambil cengengesan.
Ya, orang itu adalah Alvaro. Produser sekaligus atasannya di kantor. Alvaro merapihkan pakaiannya, pria itu masih mengenakan seragam kerja. Lebih tepatnya Alvaro baru pulang kerja.
"Pak Al ngapain disini? malam-malam lagi, awas loh di colek tante-tante kurbay."
Alvaro mengangkat sebelah alisnya,"apa itu kurbay?"
"Masa ngga tau sih pak? Kurbay, kurang belaian, Pak, " jawab Diana malas.
Alvaro hanya ber-oh-ria.
Diana berdecak,"gitu aja ngga tau. Kelamaan pacaran sama berkas ya kaya gini. Terlalu tua buat gaul," gumamnya.
"Kamu ngomong apa?"
"Eh ngga ada pak, hehe..."
Alvaro mendengus kesal,"Kamu ngapain disini?"
"Pak Al juga ngapain disini?"
"Kebiasaan, orang tanya malah balik nanya!" ujar Alvaro sinis.
Diana menyengir,"Mau cari makan Pak. Niatnya mau beli nasi goreng didepan, tapi kalo ngga ada ya pecel lele. Kalo ngga ada lagi ya sate. Kalo ngga ada la--"
"Kalo ngga ada lagi kamu ngga usah makan!" geram Alvaro yang sejak tadi mendengar ocehan Diana.
Diana mengernyit,"loh kok gitu pak? emang bapak yang bakal kasih makan saya?"
Alvaro tidak memperdulikan omongan Diana, ia berjalan menuju mobil dan masuk kedalamnya. Sedangkan Diana masih berdiri, Ia sekarang sedang menghayal bagaimana rasa nasi goreng, pecel lele, sate, tongseng. Sampai-sampai bajunya bahas kerena air liurnya.
Tin tin tin
Diana terlonjak kaget saat telakson milik Alvaro membuyarkan lamunan surga makanannya.
"Apa pak?" tanyanya bingung.
"Masuk!" kata Alvaro yang terdengar seperti perintah.
"Masuk kemana ya? kok agak ambigu sih,"
"Savanna!"
"Eh iya pak." Diana melangkah ke mobil milik Alvaro.
"Siapa yang suruh kamu duduk dibelakang?"
Diana yang baru saja memegang pintu mobil belakang tiba-tiba langsung melihat kearah Alvaro yang sedang menatap tajam dirinya.
"Ngga ada pak, inisiatif sendiri," jawabannya polos.
"Didepan!" ucap Alvaro.
"Baik, Pak."
Alvaro menjalankan mobilnya setelah Diana duduk disampingnya. Keadaan didalam mobil sepi, tidak ada yang bicara baik Alvaro maupun Diana.
Diana mulai bosan, ia menoleh kearah Alvaro yang sedang menyetir mobil. Fokus pria itu hanya kedepan hingga jika dilihat dari samping Alvaro terlihat sangat tampan dengan rahang tegas dan jangan lupakan bibir tebal miliknya yang sangat menggoda. Bahkan rambutnya yang terkesan acak-acakan tidak membuatnya kehilangan satu persen pun kadar ketampanan malah membuatnya semakin tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Produser Love (COMPLETE)
General Fiction#Bagaskara1 Rasa sakit terkhianati oleh orang yang berarti di dalam hidupnya. Membuat dia berfikir tidak akan pernah lagi mengenal cinta. Menutup semua perasaan yang mencoba masuk kedalam hatinya, hingga membuat hatinya tak ingin ada yang mengisiny...