Happy reading^^
***
"Jadi siapa yang ciuman?" Diana menelan Saliva nya kasar. Ia melihat kearah Alvaro yang malah santai layaknya hal itu bukan masalah besar.
'Sialan!' Diana mengumpati Alvaro dalam hati ini. Sekarang bagaimana caranya ia menjelaskan kepada orang melihat mereka dengan raut muka ingin taunya.
"Itu hm anu Mas hm anu." Diana menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia gugup sekarang.
"Apaan sih anu anu! lo anuan?"
"Ih mas Yudi, ambigu!"
"Orang lo yang duluan!" balas Yudi enteng.
Yudi menatap pria yang berada disamping Diana,"Pak Alvaro ngapain disini?" tanyanya. Jarang sekali seorang Alvaro menginjakan kakinya keruangan itu. Ya paling lewat doang.
"Saya menemui Diana," jawab Alvaro jujur.
"Ngapain? Apa jangan-jangan kalian yang ..."
"Enak aja! nggak lah! mas Yudi apaan sih." Yudi menyipitkan matanya kearah Diana saat perempuan itu menyanggah perkataanya dengan gugup.
"Mas itu matanya biasa aja ya! aku colok entar, Pak Al tuh kesini karena mau ambil berkas yang buat program baru, iya kan Pak?" Diana berkata sambil tersenyum manis.
Alvaro menaikan alisnya saat melihat Diana mengkodenya dengan mata memicing.
"Tidak, kenapa kamu berbohong?"
'Alvaro sialan!' Diana mengutuk kembali kejujuran Alvaro. Bisa tidak ia berbohong demi keselamatan Diana.
Diana tertawa garing, "pak Al suka bercanda. Bapak tenang saja nanti saya antar berkasnya keruangan pak Al kok."
"Kenapa gue liat kalian tuh aneh banget? Kaya ada yang disembuyiin!" Yudi berkomentar.
"Nggak ada apa-apa juga. Mas Yudi ngapain disini?" tanya Diana mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya gue lupa. Gue mau jemput lo keruang siaran, si Tito butuh bantuan lo katanya," jawab Yudi.
Memang tujuan utamanya ingin membawa Diana keruang Audio bersamanya namun saat masuk keruangan, ia melihat Diana dan Alvaro sedang berbicara dan Diana yang berteriak tentang ciuman.
Karena jiwa kepo sudah muncul dijiwa dan pikiran Yudi makanya ia malah bertanya kepada Diana.
"Tapi gue mau keruang dekorasi, belum selesai semua soalnya," ucap Diana.
"Ganti sama yang lain sebentar, Tito butuh bantuan lo. Kasihan nggak ada yang bantuin dia siaran."
Diana mengganguk,"Yaudah ayo mas, kasihan mas Titonya nunggu." Ia menoleh kearah Alvaro,"Saya permisi dulu pak." Diana segera menarik tangan Yudi untuk keluar dari ruangan itu.
"Eh eh nggak usah tarik-tarik kali, emang gue jemuran!"
"Jemuran digantung mas bukan ditarik! cepet deh, lelet amat jalannya." Yudi hanya pasrah dan mengikutinya langkah Diana.
Alvaro terdiam diruangan itu, matanya terus melihat Diana yang semakin menjauh dan menghilang dari pandangnya. Wajahnya datar, tidak bisa menebak apa yang sedang pria itu pikirkan.
Tak bisa Alvaro pungkiri sedikit rasa kecewa akan ucapan Diana yang menyangkal ciuman mereka, padahal kenapa harus ditutup-tutupi.
***
"Ini udah selesai, kita tinggal nunggu pemberitahuan dari pak Produser. Tolong rinci lebih lanjut ya!"
Diana dan yang lainnya mengangguk saat Yudi memberitahu pada mereka evaluasi tentang program acara mereka yang akan dijalankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Produser Love (COMPLETE)
General Fiction#Bagaskara1 Rasa sakit terkhianati oleh orang yang berarti di dalam hidupnya. Membuat dia berfikir tidak akan pernah lagi mengenal cinta. Menutup semua perasaan yang mencoba masuk kedalam hatinya, hingga membuat hatinya tak ingin ada yang mengisiny...