Sampai minggu Ran sibuk nugas sobat. Jadi yang cerita sebelah entaran aja dah🧟
Happy Reading ^^
***
"Makasih ya, Mas, mbak. Makanannya enak banget. Sering-sering kaya gini," kata Diana setelah mereka berada dipintu rumah Yudi.
Yudi mencibir pelan, ia menatap Diana yang berbicara dengan senyum lima jarinya diikuti Rani dan Rizky yang mengangguk setuju.
"Tekor gue kasih makan anak curut macam kalian, cukup siburik ini aja yang sering mampir tanpa permisi," tunjuk Yudi pada adik iparnya.
Rizky tertawa pelan, ia berjalan kearah Yudi dan memeluknya erat.
"Iya, bang. Gue tau. Gue adik ipar kesayangan lo."
"Kesayangan Pala lo bagi dua!" Yudi melepaskan pelukan dan langsung memeluk bahu istrinya.
"Yang, kamu kenapa bisa punya adik kaya setan gini sih? heran aku."
"Yaelah bang, gitu aja ngambek kaya cewe pms."
"Diem lo, gue tendang pantat lo dari rumah gue!"
"Mas, udah," lerai Ayu.
"Berantem teroos, ayok aku suka kalian beratem, ayok pukul! pukul." Diana tertawa setalah mengkompori mereka berdua.
Yudi memutar bola matanya malas sedangkan Rizky menatap tajam dirinya kemudian disusul Ayu dan Rani yang menggelengkan kepala mereka.
"Dasar kompor Lpj!" sinis Yudi.
"Udahlah, ayok kita pulang. Nggak enak terus-terusan disini," ajak Rani menatap Diana dan Rizky.
"Iya-iya, sana. Ini Quality time gue sama istri tercinta!"
"Gue doain semoga Topan ganggu kalian yang lagi berduan. Aamiin!" doa Diana yang diamini oleh Rani dan Rizky.
"Mau kalian gue masukin kedalam botol, hah?!"
"Tenang bang, gue malam ini nginep disini. Topan sama gue, jadi lo sama mbak Ayu bisa ehem ehem," celetuk Rizky.
"Nggak ada yang acara nginep-nginepan segala! Pulang!"
"Sadis!"
Ketiga perempuan itu tertawa saat melihat wajah masam Rizky.
"Loh itu bukannya mobil pak Alvaro?" Mereka berempat serempak menoleh kebelakang saat Yudi menunjuk mobil BMW seri 4 hitam terparkir didepan halamannya rumahnya.
"Mau ngapain pak Alvaro kesini?" tanya Rani bingung.
Diana membeku ditempatnya, ternyata omongan Alvaro benar dan bukan gertakan semata. Alvaro benar menjemputnya, oh god! Sekarang harus bagaimana Diana membuat alasan kepada teman-temannya.
Alvaro berjalan mendekat dan berhenti tepat didepan Diana.
Gadis itu menelan salivanya kasar.Ngapain berhenti tepat didepan gue sih!
"Pak Al? Bapak ada keperluan apa? sampai repot-repot datang kerumah saya?" tanya Yudi sopan. Walaupun bukan dikantor ia masih harus sopan kepada atasnya itu.
"Nggak usah formal kali, Yud. Santai aja," balas Alvaro masih tetap mempertahankan wajah dinginnya.
Yudi mengaruk belakang kepalanya yang tak gatal, ia baru saja menyuruh Ayu masuk kedalam rumah karena anak mereka menangis.
"Jadi kenapa anda kesini?"
Alvaro mendengus, kemudian mengalihkan pandangan kearah Diana yang sedang menatapnya namun segera berpaling saat ketahuan oleh Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Produser Love (COMPLETE)
General Fiction#Bagaskara1 Rasa sakit terkhianati oleh orang yang berarti di dalam hidupnya. Membuat dia berfikir tidak akan pernah lagi mengenal cinta. Menutup semua perasaan yang mencoba masuk kedalam hatinya, hingga membuat hatinya tak ingin ada yang mengisiny...