CPL 33

11.2K 720 10
                                    

Masih suka cerita ini?

Vote dong sama komennya🤓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dong sama komennya🤓

Happy Reading ^^

***

Diana menghela nafas saat beberapa layar didepannya menampilkan sederet tulisan kebawah tanda tayangan berakhir. Ia membuka earphone kemudian menoleh kebeberapa rekannya yang sedang mengkordinir keadaan.

"Diana, tolong kumpulin HT terus kasih ke mas Yusuf ya." Diana memandang Ayumi-rekan satu timnya. Gadis berdarah indo-jepang itu tersenyum manis padanya.

"Oke, mas Yusuf distudio empat kan?" tanya Diana sambil mengambil kardus untuk menyimpan HT.

"Hooh. Kesana aja, thanks btw Na."

"Santai, Yu."

Ayumi membantu Diana mengambil HT dari rekan yang ditinggalkan dimeja ruangan. Setelahnya Diana menuju lantai sembilan tempat studio keempat berada.

Ia masuk kedalam lift yang tampak kosong. Perempuan dua puluh empat tahun itu menatap pemandangan pintu lift yang akan perlahan akan tertutup.

Ia berpikir sejenak, Diana menerawang hal yang terjadi padanya. Hubungannya dengan Alvaro begitu terasa cepat, satu bulan tepatanya saat terakhir kali pria itu mengungkapkan perasaannya.

Sedikit terasa berbeda saat melihat Alvaro yang sekarang, pria dewasa itu berubah pesat. Bahkan Diana tak yakin dia adalah produser yang sama yang selama ini selalu memasang wajah datar dan bermulut pedas.

Alvaro yang sekarang sangat berbeda, pria itu yang dulu selalu membuatnya jengkel, sekarang malah selalu  memperlakukan Diana dengan baik dan lemah lembut.

Pria itu selalu mengajaknya berangkat atau pulang bersama, hingga banyak berita tentangnya dan Alvaro yang dibicarakan oleh para karyawan kantor.

Diana berpikir apakah Alvaro adalah yang pria terakhir untuknya, lalu apakah hubungannya akan baik-baik saja nanti. Diana tau saat hubungan semakin erat pasti akan terjadi sedikit guncangan untuk merenggangkannya, bukan?

Lift yang ditumpangi Diana berhenti, tanda akan ada yang memasuki lift, seketika lamunan Diana  terhenti, ia mendongak  untuk melihat orang yang baru saja masuk ke lift yang sama dengannya. Dan saat itu juga, matanya bertubrukan dengan mata seseorang.

Orang itu terlihat sedikit kaget namun kembali seperti semula, ia melangkah memasuki lift. Diana menggeser badannya, pria dengan seragam sepertinya itu menekan angka delapan yang berarti dilaluinya.

Saling diam. Diana melirik dengan sudut matanya, sebulan ini entah kenapa ia merasa pria disebelahnya menjaga jarak dengannya entah apa alasannya.

"Rizky."

Cold Produser Love (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang