CPL 31

11.6K 730 2
                                    

Happy Reading^^

***

"Wajah tampan gue!"

"Dimas!" Diana berjongkok saat Dimas memegang wajahnya yang terkena pukulan oleh Alvaro.

Sedangkan pria yang tadi memberikan bogem mentah itu hanya  mendengus dan menatap datar sudut bibir Dimas yang berdarah.

"Pulang!" Alvaro menarik paksa tangan Diana yang mencoba memberontak.

"Pak lepas. Lepaskan saya pak!" pekik Diana yang tak digubris sama sekali.

Dimas meringis sambil  menatap Diana yang berjalan pergi darinya. Perempuan itu menatap dirinya sambil  bergumam maaf.

Dimas tersenyum singkat dan memberi tahu bahwa Diana tak perlu khawatir. Dimas tersadar bahwa ia masih ditengah-tengah acara. Menoleh ke segara arah saat berbagai tatapan kini menatap dirinya. Apalagi melihat sang tuan rumah juga sedang menatap dengan tatapan datarnya.

"Mampus, gue."

***

"Lepas!" sentak Diana hingga genggaman tangan Alvaro terlepas darinya.

"Pak Al ngapain sih? Puas bapak mukul Dimas. Kenapa bapak melakukan hal itu."

Alvaro menatap datar Diana yang berbicara dengan wajah memerah menahan amarah.

Menghela napas, Alvaro mendekat kearah perempuan itu.
"Bukankah sudah saya bilang, Savanna.  menjauhlah dari pria lain, selain saya. Mengertilah!"

Diana terdiam kaget mendengar penuturan pria didepannya. Ia akui sedikit takut dengan tatap tajam yang  Alvaro berikan padanya.

"Dimas tadi hanya menyapa saya dan ngobrol sebentar. Lagipula tadi pak Al juga sibuk dengan rekan bapak. Seharusnya pak Al tidak usah ajak saya kalau niatnya cuman diacuhkan!" ujar Diana wajahnya semakin memerah.

Mereka terus berargumen tanpa menyadari bahwa kini berada diparkiran mobil, menghiraukan bahwa bisa saja ada orang lain yang melihat mereka berdebat.

"Kamu kekasih saya, Diana! Saya berhak melarang kamu, termasuk berdekatan dengan pria lain."

Diana menatap Alvaro tak percaya, sejak awal ia tak menyetujui hubungan yang bahkan ia tak sempat menjawabnya.

"Cih, dengarkan saya pak Alvaro terhormat. Sejak awal saya tidak berniat menjadi kekasih bapak, bahkan saya belum menjawab ungkapan bapak saat itu," kata Diana menatap Alvaro berani, sekaranglah saatnya menyampaikan apa yang ia rasakan.

"Saya menolak menjadi kekasih bapak. Jadi berhenti seakan pak Al adalah pacar saya! Saya permisi." Setelah mengucapkan kalimat itu Diana berlalu meninggalkan Alvaro yang terdiam membeku ditempatnya.

Alvaro terdiam, perkataan Diana membuat hatinya seperti empat tahun yang lalu bahkan lebih parah. Denyutan perih merasuki hatinya, penolakan Diana membuat Alvaro terkekeh atas kebodohan yang ia lakukan.

Memang ia memaksa agar Diana menjadi kekasihnya adalah hal yang konyol bahkan perempuan itu tak mencintai dirinya. Namun bisakah Alvaro berharap bahwa Diana membalas perasaanya saat ia sudah terbiasa akan hubungan mereka.

Tetapi, belum sampai Alvaro membuat Diana jatuh cinta kepadanya. Diana sudah menolak dirinya.

Alvaro mengurut dahinya, ia akan memikirkan cara agar Diana bisa bersamanya kembali apapun caranya.

Saat Alvaro sedang dalam lamunannya ia tidak tau, bahwa ada seseorang yang memperhatikannya bahkan saat bertengkar dengan Diana.

"Alvaro," gumam sosok itu.

Cold Produser Love (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang