duaa.

2.2K 119 73
                                    

02 - rok basah?

"Resleting celana kamu, kebuka!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Resleting celana kamu, kebuka!"

***

"AYO VANO!"

"Berisik kamu, Fan. Ini juga udah cepet," napas Vano terengah, dia merasa massa tubuh Fany bertambah, ralat, dia sedang berjalan di atas tanjakan yang curam.

Fany terkekeh keras, pegangan tangannya pada bahu Vano mengerat, berjaga-jaga agar dia tidak jatuh ke belakang karena ini tanjakan. Secara tidak langsung, Fany juga berjaga-jaga pada kakinya yang menempel di jalu sepeda Vano.

Tak lama kemudian, senyum gadis dan pria itu merekah. Vano menghela napas lega, matanya berbinar saat melihat gerbang sekolahnya yang masih terbuka, karena jujur, mereka merasa ini sudah telat.

Vano memarkirkan sepedanya dengan cepat, Fany ikut turun dari sepeda Vano, dia melipat kedua tangannya di depan dada, "Hebat kamu, Van!" pekik Fany dengan kencang, melihatkan beberapa deret gigi putihnya.

Setelah selesai memarkirkan sepedanya, Vano berbalik badan, dia tersenyum senang, "Iya dong, 'kan kembarannya Rossi!" sahut Vano sombong.

Alis Fany menukik jelas, "Rossi siapa tuh, Van? Gak kenal aku."

Vano menepuk bahu Fany, tatapannya meremehkan Fany, "Kamu gak tau, Fan?" tanya Vano, dan mendapat gelengan kepala dari Fany.

"Rossi itu, pembalap terkenal, Fan! Makanya kamu nonton TV dong, jangan liatin buku terus!" ejek Vano.

Tatapan Fany berubah 180° derajat. Matanya membulat, "Yah Vano, buku pelajaran kan juga penting! Emang kamu, bacanya buku komik terus!" kesal Fany, dia memajukan bibirnya beberapa sentimeter, lalu menundukkan kepalanya saat mendengar tawa Vano.

Vano tertawa kencang, dia melihat wajah Fany yang berubah menjadi cemberut. Sungguh, Vano menyukai ekspresi Fany yang seperti ini!

"Ya tapi kalo kamu baca buku terus, 'kan jadinya gak tau ap--"

"HAHAHAHA! HAHA!"

Tidak, itu bukan suara tawa Vano, itu suara tawa Fany yang tiba-tiba memotong ucapan Fany.

Wajah Vano berubah bingung, potongan kalimat yang keluar dari mulutnya bahkan terpotong oleh tawa Fany. Vano menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Kamu kenapa sih, Fan?" heran Vano.

Tak ada jawaban, Fany tetap tertawa.

"Fany! Kenapa sih?" tanya Vano lagi, dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lagi, sedangkan Fany sudah tertawa geli.

"Fany, kamu kenapa ketawa-tawa gitu sih?!" tanya Vano, sedikit kesal.

Fany mengecilkan tawanya, dia menutup mulutnya dengan satu tangannya dan satu tangannya lagi berkacak pinggang, "Aku kasih tau, tapi kamu jangan marah ya, Van?" sahut Fany, setengah tertawa, bahkan saat mengatakan itu, Fany memperlihatkan sederet gigi putihnya.

Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang