tiga puluhh.

918 46 13
                                    

30 - makasih ya, Vano

"Aku keterlaluan gak sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku keterlaluan gak sih?"

**

Fany menegang, wajahnya pucat pasi dan terlihat panik. Dia terdiam sebentar, lalu tangannya merogoh tas, mengeluarkan semua buku ke atas mejanya dengan tangan yang cukup bergetar.

Fany menelan ludahnya dengan susah payah, dia menggigit bibirnya karena panik. Semua resleting dari tasnya sudah dia buka, dan buku-buku juga sudah dia keluarkan dari tas.

Aduh, kok bisa ketinggalan sih PR nya!  Fany mengusap keningnya yang berkeringat, untuk pertama kalinya seorang Fany, siswi dengan peringkat satu selama bersekolah, tidak membawa buku PR nya.

Rosa memperhatikan gerak-gerik Fany yang aneh saat itu, alisnya terpaut. "Lo kenapa sih, friend?" tanya Rosa.

"Diem ah, gue gak bawa PR!!" gemas Fany dengan tingkah Rosa yang seakan tidak terjadi apa-apa. Mimik wajah Rosa datar seperti mengejek Fany yang tak membawa tugasnya.

"Lo mau nyalin tugas gue?" tawar Rosa dengan sombongnya.

Mata Fany membulat. "Enak aja, tugas lo jawabannya bener semua gak tuh?" Fany merendahkan Rosa.

Rosa menoyor dahi Fany cukup kuat. "Songong lo ye! Mentang-mentang peringkat gue di bawah lo!" cibir Rosa dan mendapat kekehan Fany.

"Yaudah, siniin! Cepet keburu disuruh kumpul—"

"Kumpulkan tugas sosiologi kalian ke depan, yang tidak mengumpulkan harap berdiri," tegas guru itu.

Fany dah Rosa melotot mendengarnya, mereka berdua bertatapan sebentar. Fany semakin panik.

Dengan hati-hati dan sedikit ragu, Fany mulai meluruskan kakinya, dia berdiri dengan wajah khawatir dan jantungnya yang berdetak cepat. Oh ayolah, Fany bukan lebay, tapi ini pertama kalinya dalam hidup Fany, dia harus dihadapkan hukuman.

Wanita yang sedang menggerakkan pulpennya itu menoleh, dia mengangkat satu alisnya. "Fany? Kamu gak ngerjain PR?" tanya guru itu, sedikit terkejut.

Vano menengok dengan cepat saat mendengar suara guru tersebut, alisnya bertaut melihat Fany yang berdiri di depannya.

Fany tersenyum pahit. "I—iy—"

Vano ikut berdiri, lalu menepuk bahu Fany pelan. Fany menoleh ke belakang dengan ragu karena posisi duduk Vano tepat di belakangnya.

"Fany, ini 'kan buku kamu? Kok ada di meja aku sih?" alibi Vano.

Fany ikut bingung, dia menatap Vano dengan mata yang meminta penjelasan. Mulut Vano bergerak tanpa suara, seakan mengatakan, "Udah, ambil aja buku aku."

Vano mengedipkan satu matanya, Fany menggigit bibir bawahnya karena tidak enak hati pada Vano.

"Devano!" panggil guru itu, "kenapa buku Fany ada di meja kamu?" tanyanya menginterogasi.

Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang