tigaa.

1.8K 111 67
                                    

03-menstruasi?

"Kamu, kenapa sih Fan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu, kenapa sih Fan?"

**

Penampilan gadis itu terlihat sangat berantakan. Seragam merah putih dengan dasi yang miring, bajunya yang dikeluarkan dari rok merahnya, keringat yang bercucuran pada pelipisnya, dan wajahnya yang sangat tidak mengkondisikan, serta rambut dengan kuncir dua nya yang acak-acakan.

Kedua tangannya enggan untuk beralih dari perutnya, rintihan lirih terus keluar dari mulut Fany. Sejak tadi pagi, rasa sakit di perutnya belum juga hilang.

Kringg!

Fany mengambil napas dalam, lalu dia menggunakan sweater milik Vano untuk menutupi bagian rok nya yang basah. Mengikat sweater itu pada pinggangnya, Fany berusaha berdiri sebiasa mungkin agar tak dicurigai teman-temannya yang lain.

Fany mengambil tas gemblok pink dengan gambar unicorn miliknya, lalu menggendongnya di bahu.

Tangannya kini kembali memegang perutnya yang masih terasa sakit, "Ayo Vano, pulang!" ucapnya, memanggil seorang pria dengan tinggi kurang lebih 160 cm an wajah tampan juga alis yang menawan.

Vano menoleh, dia mengerutkan keningnya bingung. Lalu berjalan mendekati Fany, Vano memberikan tatapan interogasi pada Fany, memperhatikan setiap gerak-gerik Fany dari dekat.

"Loh Fan, kok sweater malah diikat di pinggang, gak dipake?" tanya Vano, sekaligus jawaban mengapa dia sedari tadi memperhatikan Fany yang tampak aneh kali ini.

Fany menggigit lidah dalamnya, mencari jawaban yang tepat untuk menghadapi Vano. Fany memalingkan wajahnya dari Vano sesaat, lalu kembali menatap manik mata hitam legam Vano, Fany menggenggam erat sweater Vano yang bertengger di pinggangnya saat Vano membalas tatapan matanya.

"I-itu Van," Fany membuang pandangannya dari wajah tampan Vano lagi, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "gak apa-apa kok," lanjutnya cepat.

Otak Vano berusaha mencerna omongan Fany yang terlihat tidak biasa, namun, Vano segera melupakannya dan membuang jauh-jauh pikirannya tentang Fany yang aneh kali ini.

"Yaudah, ayo pulang!" putus Vano, dia berjalan mendahului Fany keluar dari kelas dengan plang bertuliskan VI A. Sembari jalan, Vano sesekali mengusap rambutnya yang tidak berpoles apa-apa.

Sekitar tiga langkah keluar dari kelas, Vano memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana merahnya. Pandangannya lurus ke depan dengan tatapan tajam khas elang. Menjadikan seorang Devano Barega Fransisco memiliki kesan cool dan wajah tampan serta tatapan yang menghipnotis para wanita.

Bahkan tidak jarang banyak adik kelas yang memuja ketampanan Devano bak pangeran tersebut. Tak jarang pula, guru-guru memberikan kesempatan pada Vano jika Vano melakukan kesalahan.

Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang