sembilann.

1K 47 18
                                    

09 - tak terduga

09 - tak terduga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terserah."

**

"Saya sudah selesai pak."

Laki-laki itu berdiri dari tempat duduknya, berjalan menuju meja yang digunakan wali kelasnya. Langkahnya terlihat santai, begitu juga dengan pandangannya.

Dia menaruh buku dengan sampul cokelat yang rapi itu di hadapan wali kelasnya, tersenyum simpul saat guru itu mengoreksi tugasnya dan memberi nilai seratus.

Memang, fisika baginya hanya sebuah permainan.

Laki-laki itu kembali menarik bukunya, dan berjalan menuju mejanya kembali, tapi suara halus dari guru dengan gender perempuan itu menghambatnya.

"Hm, Alvino."

Laki-laki yang dipanggil menoleh, lalu mengangkat kedua alisnya tanpa minat untuk menjawabnya. Laki-laki itu lebih memilih gurunya untuk meneruskan ucapannya daripada harus disahuti dahulu.

Guru itu menggeleng dengan maklum, "Bisa tolong ibu? Ibu butuh buku bioteknologi, ambilkan di perpustakaan ya?" pintanya.

Vino menghela napas berat.

Dia kemudian melempar bukunya ke meja tempat duduknya, berdecak kecil dan melaju menuju perpustakaan.

Hampir semua orang tau. Vino, si pria cuek dan tidak banyak bicara. Bahkan, tak sedikit guru-guru yang mengenalnya mengalah dan bersabar saat Vino tak menyahuti dirinya.

Vino berjalan dengan pandangan lurus, koridor terlihat sepi. Jam istirahat memang belum waktunya, tepatnya masih 4 menit lagi.

Vino menengok sebelum akhirnya masuk ke perpustakaan. Tanpa permisi, dia melewati penjaganya.

Mencari-cari dimana rak buku dengan judul biologi, dan disana dia menemukan buku besar yang cukup tebal bertuliskan bioteknologi.

Sesaat setelah Vino mengambil buku itu, dengan jahil dia membacanya sedikit. Tak lama, dia mendengar suara berisik.

Vino mendesah berat.

Perpustakaan sudah cukup ramai, ternyata bel istirahat berbunyi lebih cepat dari perkiraannya.

Seorang gadis dengan satu kunciran pada rambutnya itu mengganggu Vino sepenuhnya. Dia menatap datar gadis itu.

Tanpa minat untuk membantu, Vino kembali menyandarkan tubuhnya pada rak buku disampingnya.

Helaan dan desahan berat dari gadis itu sangat menganggu pendengaran Vino. Vino memutuskan untuk pergi dari sana dan berjalan melewati gadis itu.

Brugh!

"KYAAA—"

Semua mata di perpustakaan itu beralih menatap ke sumber suara. Gadis itu dan Vino menjadi perhatian seisi perpustakaan.

Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang