dua puluh duaa.

940 47 20
                                    

22 - di ambang kehancuran

"Siapa yang baik-baik saja kalau pernikahannya sedang di ambang batas kehancuran?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa yang baik-baik saja kalau pernikahannya sedang di ambang batas kehancuran?"

*


"Kamu bener gak mau tidur bareng aku?" seakan memohon, Axel menunjukan muka melasnya, dia duduk di samping Avista.

Avista mendesah berat.

"Butuh berapa banyak jawaban 'enggak' sih! Aku bilang gak mau, ya gak mau!" sarkas Avista, membuang pandangannya.

Axel dengan perlahan menyentuh bahu Avista, "Jangan di sofa, pasti dingin."

Avista mengernyitkan dahinya, lalu menarik satu alisnya ke atas, Avista tersenyum sinis, "Sejak kapan kamu peduli soal itu?"

Axel mencengkram bahu Avista tanpa sadar, mengapa setiap suara yang Avista keluarkan serasa menusuk hatinya(?)

"Akh! Sakit Axel!" ringis Avista saat Axel mencengkram bahunya, Avista menepis tangan Axel dengan kasar agar tangannya lepas dari bahunya.

Axel terkejut, mengapa saat seperti ini dia harus ceroboh!

"Sakit ya bahu kamu?" tanya Axel, dengan nada yang bersalah.

Avista menoleh cepat pada Axel, dia terkekeh hambar, "Rasanya gak sebanding kok sama apa yang hati aku rasain," tusuk Avista sekali lagi.

Axel membuang napasnya dan mencoba untuk bersabar. Ia memijat pelipisnya yang terus berkedut nyeri.

"Biar aku aja yang tidur di sofa, kamu yang tidur di kamar," putus Axel, lalu berdiri dan meninggalkan Avista dari tempat makan.

Tanpa peduli, Avista berjalan menaiki tangga, tak sedikit pun dia melirik ke Axel yang tengah merebahkan tubuhnya di sofa.
Itu sama sekali gak sebanding sama apa yang kamu lakuin ke aku, brengsek!

Esoknya, Avista bangun dengan tubuh segarnya, tapi tetap terasa ringkih.  Beberapa kali mental dan fisiknya di hadang Axel, membuat Avista semakin terlihat rapuh.

Selesai mandi, Avista memakai baju dengan ukuran kebesaran dan celana longgar sebetis. Hari ini, entah dorongan dari mana, Avista ingin mencatok rambutnya.

Rasanya, dia ingin mengubah penampilannya.

Avista duduk di depan kaca riasnya, dan mulai menggerakkan catokan di rambutnya, setelah selesai, Avista tersenyum simpul.

Avista duduk di depan kaca riasnya, dan mulai menggerakkan catokan di rambutnya, setelah selesai, Avista tersenyum simpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang