tujuhh.

1.3K 81 48
                                    

07 - Fany janji

"Bisa gak sih kamu gak ngerepotin Papa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bisa gak sih kamu gak ngerepotin Papa?"

**

"Oh jadi ini yang kemarin cari masalah sama kita?"

Suara jengah itu membuat Fany memutar bola matanya kesal, dia berkacak pinggang dan berdecak keras, "Kalian duluan ya yang cari masalah, bukan aku sama Vano!" balasnya.

Detik terkekeh samar, dia membungkukkan badannya dan menunjuk dengan jarinya tepat di kening Fany, "Ck, ck, ck, jelas-jelas lo yang cari masalah bego! Kalo kemarin lo langsung kasih pr ke kita, pasti kita gak akan kena hukuman sama Pak Rasyid!" bisik Detik dengan suara seraknya.

Wajah Fany berubah murka, keningnya membuat beberapa kerutan, dan alisnya menurun dengan bibir yang mengisyaratkan emosi, dengan berani Fany menepis jari Detik yang ada didepan keningnya.

Plak!

Seketika suasana di koridor sekolah menjadi ramai. Kali ini, untuk pertama kalinya, Detik selaku donatur terbesar di sekolah itu, ditampar dengan keras oleh Fany, wanita yang bahkan tidak terkenal sama sekali di sekolah itu.

Detik yang pipinya ditampar sampai wajahnya menoleh kesamping ikut marah. Dia memegangi pipinya yang terasa panas tanpa berniat untuk kembali menoleh ke depan, dimana Fany berdiri.

Fany tersentak saat mendengar suara isakan dan napas yang tersendat, jelas itu suara tangisan. Fany menutup mulutnya, syok melihat kejadian langka ini. Wajah Fany berubah panik, tangannya dengan ragu terulur untuk memegang bahu Detik.

"Fany!"

Suara itu membuat Fany menolehkan kepalanya, dia melihat Vano yang berlari ke arahnya, sedikitpun senyum tak terbit di wajah Fany saat melihat Vano.

"Brengsek Lo!"

Vano melotot, dan dengan cepat dia berlari. Berdiri didepan Fany dan memejamkan matanya kuat.

Bugh!

"VANO!!" teriak Fany, dia mengedarkan pandangannya, dan melihat Angkasa dengan wajah marahnya. Fany sama sekali tidak melihat Angkasa tadinya, entah darimana datangnya, Angkasa langsung menghantam Vano yang melindunginya.

Jika saja Vano tak berdiri di depannya tadi, sudah pasti Fany yang akan kena pukulan itu. Angkasa bukanlah pria yang mau diajak debat, dia lebih memilih kekerasan untuk menyelesaikan masalah.

Fany kemudian melihat ke arah Detik yang dibawa Angkasa menuju UKS, Angkasa memapah tangan Detik di lehernya lalu pergi meninggalkan koridor dan beberapa siswa-siswi yang berlalu lalang disana memperhatikan kejadian tadi berlangsung.

Air mata Fany meluruh, lalu dia berjongkok di dekat Vano, tak lama setelahnya guru bimbingan konseling sekolahnya datang dan beberapa guru lainnya.

*

Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang