tiga puluh enamm.

949 57 82
                                    

36 - Is there anything worse?

"Vano ayo! Kamu harus pulang sekarang!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Vano ayo! Kamu harus pulang sekarang!"

**

Langkah Fany terhenti, wajahnya yang sedang tersenyum berubah seratus delapan puluh derajat menjadi datar. Dengan langkah gontai dia melanjutkan kakinya yang berjalan menuju tempat duduknya.

Fany berdecak, masih pagi tapi matanya sudah melihat Vano dan Aletta yang bercanda di belakang tempat duduknya. Lantas, itu membuat Fany geram.

Fany memainkan permen karet di mulutnya, lalu menatap sinis ke belakang, Fany juga tersenyum sinis. "Ehm ... Vino dimana ya?" tanya Fany sinis.

Aletta malah menoleh ke arah Vano. Membuat Fany menggeram serak, dia melihat ke arah Aletta dengan tatapan tajam yang lebih sinis dari sebelumnya.

"Gak tau Fan, dari tadi aku juga nyariin Vino, tapi gak ketemu," sahut Aletta. Vano hanya diam menunduk.

Mata Fany berpijar pada Vano, tapi Vano tak menjawab pandangan mata Fany.

"Oh, yaudah. Gue cari Vino dulu deh," ucap Fany, menaruh tas sekolahnya di atas meja, berjalan pergi dari sana.

Fany membuang napas kasar saat mendengar Aletta memangilnya.

"Fany! Kita cari bareng-bareng aja," teriak Aletta ikut berlari dan menghampiri Fany yang sudah sampai di koridor. Terpaksa, Vano mengikuti Aletta yang dan ikut keluar kelas.

"Cari apa, hah?" sahut Fany sedikit tak suka.

"Ya, cari Vino lah, masa cari duit sih, Fan!" balas Aletta ngegas.

Fany membuat kerutan di dahinya, lalu melihat ke Aletta dan Vano bergantian. "Terserah kalian lah!" pungkas Fany berjalan mendahului mereka.

Namun, Vano yang melihat Fany melangkah, ikut melangkah maju. Sekarang dia sedikit berlari untuk menyamai langkahnya dengan Fany.

Aletta yang ditinggalkan hanya berdecak kesal dan menghentakkan kakinya. Dia mengerucutkan bibirnya lalu berjalan dengan langkah gontai.

Vano mengurangi kecepatan berlarinya saat sudah berada di belakang Fany.

Fany berdecak sebal menyadarinya ada Vano di belakangnya. Karena malas jalan dibuntuti Vano, Fany memilih berbelok untuk masuk ke perpustakaan.

Fany memilih-milih buku tanpa minat untuk dibaca, dia hanya ingin menghindari Vano. Tapi, Vano selalu mengikuti Fany kemana aja. Padahal, Fany sudah berlari dari rak buku satu ke yang lain.

Fany mendengus, dia mengambil buku asal dari rak yang asal lupa. Lalu membawanya ke salah satu meja yang dekat dengan rak buku tersebut. Fany memutar bola matanya jengah melihat Vano duduk di depan mejanya.

Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang