extra partt C

885 45 48
                                    

"Telah tiada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Telah tiada .... "

**

Axel menatap datar Fany yang telah terjatuh tak berdaya di tanah. Melihat Vano yang berlari ke arahnya, Axel segera membalikkan tubuhnya. Dia berjalan cepat untuk masuk ke mobilnya.

"Cepat, Niel!" perintah Axel tak terbantah.

Daniel mulai menginjak gas dengan cepat, jujur saja Daniel merasa tidak aman karena dia membawa napi yang kabur dari penjara.

Bahkan, Daniel terus berkeringat karena rasa takutnya menjalar di setiap sendi-sendi tulangnya. Tangannya sedikit bergetar memegang stir mobil itu. Beberapa kali punggung tangannya mengelap keringat.

Daniel mencoba membuka mulutnya, belum bersuara karena masih ragu.

"Bagaimana tuan bisa kabur?" tanya Daniel, suaranya bergetar.

Axel tersenyum miring, senyum yang meremehkan. "Apa itu masalahmu, Niel?" sahut Axel dengan pertanyaan juga. "Apa aku harus menjawabnya?"

Daniel membulatkan matanya, mendengar suara serak Axel yang semakin meretakkan tulang-tulangnya.

Axel bersandar, matanya menoleh ke samping. Bagaskara hari ini sangat cerah, nabastala terlihat biru dihiasi dengan awan putih yang seperti gumpalan kapas.

"Ya ... apakah saya boleh tau jawaban tuan?" Daniel masih penasaran, walaupun dia tau rasa penasarannya akan membunuhnya.

"Apa kau takut membawaku pergi?" tanya Axel, mulai menatap tajam ke arah Daniel.

Daniel melenguh, dia semakin mencengkram erat stir mobilnya. Dewa batin Daniel mencekam ke setiap urat nadi. Atmosfer semakin terasa dingin.

"Emh — begitulah .... " jawab Daniel, seketika suasana hening mencengkeram leher Daniel yang rasanya ingin putus saat itu. Apapun yang nanti keluar dari mulut Axel, Daniel yakin itu semakin membuat udaranya tercekik.

Saat Daniel sedang sibuk dengan cemas, khawatir, dan segala rasa takutnya, Axel tengah berusaha hebat menahan seringai liciknya agar tidak tersayat di bibir. Meski dada Axel bergemuruh emosi mendengar penuturan kata dari Daniel yang mau tau.

Deretan detik mendorong keduanya hingga sampai di jalan raya yang cukup ramai. Dengan sigap Axel menutup kaca mobilnya agar dia tidak terlihat dari luar.

"Em — tuan?" Daniel membuka suara lagi.

"Kuiris bibirmu jika kau masih ingin tau," kelakar Axel. Konte halusinasi mulai menggores setiap detakan jantung Daniel. Tapi sungguh, dia ingin menjatuhkan Axel di pinggir jalan daripada dia harus ikut berurusan dengan polisi nantinya.

Sebagai kanti yang sudah cukup lama bersanding dengan Axel, baru kali ini Daniel merasakan ingin membuang Axel.

"Ka—kalau begitu, kuganti pertanyaanku," ujar Daniel lagi.

Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang