empat belass.

833 49 46
                                    

Langsung baca aja dah

14 - semoga papa

"Papa lagi sibuk! Gak bisa diganggu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papa lagi sibuk! Gak bisa diganggu!"

**

Avista menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia bingung memilih sepatu mana yang lebih bagus, tentu saja bukan sepatu untuknya, tapi untuk Vinka.

Kemarin, Vinka merengek meminta untuk dibelikan sepatu baru, Avista yang tidak tega, akhirnya mengiyakan.

Avista mendesah berat, dia lalu membungkukkan badannya dan memegang pundak Vinka yang juga sedang memilih-milih sepatu.

Avista tersenyum tipis. "Kamu mau yang mana, sayang?" tanya Avista, akhirnya dia memutuskan agar Vinka sendiri yang memilihnya.

Vinka menatap Avista, dia tersenyum lebar. "Yang ini aja Ma, bisa dipakai ke sekolah juga," sahut Vinka, sambil memegang sepatu putih dengan corak sedikit warna pink.

Avista melebarkan senyumnya, dia lalu mengangguk dan mengacak rambut Vinka. "Yaudah," ucapnya, "kita bayar dulu yuk!"

Vinka juga tersenyum lebar, bahkan sampai gigi-gigi putihnya terlihat, dia memegang lengan Avista untuk digandeng dan mereka berjalan berdua menuju ke kasir.

Toko sepatu ini bukanlah toko sepatu besar, hanya menyediakan satu brand sepatu, tapi karena jaraknya dekat dari perumahan, Avista memilih untuk beli di sini.

Avista menurunkan dagunya dengan lembut, usai membayar dia membalikkan badan. Dia berjalan sambil menggandeng tangan Vinka.

Avista menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, karena kali ini dia tidak menguncir rambutnya. Tubuhnya hanya dibalut dengan dress putih corak bunga-bunga sampai sebetis dan sepatu hitam.

Berbeda dengan Vinka yang memakai blouse putih lengan 3/4 dan rok hitam pendek sepaha, juga dengan sepatu hitam yang terlihat mahal itu.

Avista mendorong pintu toko sepatu itu, bersamaan dengan dia yang membuka pintu, mobil hitam BMW memarkirkan mobilnya di sana.

Deg!

Avista merasakan jantungnya memompa dengan lebih cepat, jelas sekali mobil itu tidak asing di mata Avista, bahkan saat Avista melihat plat mobil itu, ah ....

Itu mobil Axel! Jelas!

Avista menghentikan langkahnya sebelum mendekat dengan mobil itu, dia membungkuk lagi. "Vinka, ki—kita masuk ke dalam la—gi yuk!" ajak Avista, dia mengucapkannya dengan sangat sulit.

Dia berusaha membalikkan tubuh Vinka, tapi, sepertinya Vinka juga telah mengenali mobil itu, tak lama, sosok Axel keluar dari mobil itu.

Avista yang melirik ke belakang, melihat dengan jelas dan pasti jika itu Axel.

Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang