lima belass.

860 52 89
                                    

15 - tidak ada harapan?

15 - tidak ada harapan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"PERGI, BAJINGAN!!"

**

Wanita dengan blouse putih sebahu itu, melipat kedua tangannya didepan dada, dia mencebikkan bibirnya kesal, sesekali berdecak untuk mengirim kode bahwa dia sedang marah dengan pria disampingnya.

Dia menyandarkan punggungnya pada sandaran mobil, tatapannya melihat ke depan tanpa minat.

"Yang tadi siapa, Xel? Papa? Vinka?" tanya wanita itu dengan nada sinis.

Axel berdeham, rahangnya mengeras dan dia mencengkram stir mobil dengan kencang. "Kenapa nanyain itu?" balas Axel, dengan tak kalah menusuk.

Wanita itu tersulut emosi mendengar jawaban Axel, "Mau tau lah! Kamu punya hubungan apa sama cewe tadi?!"

Axel memberhentikan mobilnya dipinggir jalan, Axel tak berminat untuk menengok ke samping, dia masih melihat ke depan dengan tatapan menghunus tajam.

"Keluar." Satu kata dari mulut Axel, yang sama persis seperti apa yang dia katakan pada Avista tempo lalu.

Wanita itu membulatkan matanya, "MAKSUD KAMU APA SIH, XEL?!" teriak wanita itu, "jadi kamu bener punya hubungan sama perempuan tadi?" lanjut wanita itu.

"Kamu gak perlu tahu! Itu urusan aku, bisa diam, gak?!" kesal Axel, dengan alis yang menurun.

Wanita itu memukul dashboard mobil Axel, lalu membuang pandangannya ke luar jendela. "Aku minta satu kartu ATM kamu, baru aku mau keluar," ucapnya.

Axel menghela napas kasar, dia ikut memukul stir mobilnya, dia menolehkan wajahnya ke samping, melihat wanita itu dengan tatapan membunuh. "Dasar cewek matre."

Dengan cepat, wanita rambut sebahu itu menolehkan kepalanya pada Axel. "Kalo emang gak mau kasih, aku gak akan keluar!"

Axel tersenyum sinis, "Sayangnya gue gak mau, jalang," ucap Axel, tanpa perasaan.

Wanita yang disebut jalang itu, kembali menyandarkan punggungnya, tanpa permisi dia mengambil botol air minum Axel.

Axel yang merasa tidak diganggu dan tidak peduli, kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Keadaan di mobil menjadi hening.

Hanya terdengar deru napas dari kedua insan tersebut.

Setelah mengutak-atik botol Axel, wanita itu kembali menaruhnya di posisi semula.

Dengan sengaja, wanita itu mengecilkan AC mobil, dia menengok ke luar jendela dan mencetak senyum licik.

Lama-kelamaan, Axel merasakan panas, tenggorokannya terasa kering, dia sesekali berdeham dan menelan ludahnya untuk sekadar membasahi mulutnya.

Axel juga tersenyum miring, dia tidak sebodoh itu, dia bahkan tau apa yang dimasukkan wanitanya kedalam botol minum miliknya.

Axel meminggirkan mobilnya kembali, dia tersenyum kemenangan. Axel membuka pintu mobilnya, lalu tertawa hambar. Dia masuk ke dalam supermarket.

Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang