empatt.

1.8K 96 65
                                    

04 - pembalut?

"Hah? Dapet?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah? Dapet?!"

**

Gadis itu terus berjalan dengan berusaha melupakan sakit pada perutnya. Tatapannya terlihat kosong ke depan, matanya berair diselingi dengan pelipisnya yang juga berkeringat.

"Kamu gak apa Fan?" tanya Vano.

Fany menolehkan kepalanya pada Vano disampingnya. Alisnya berkerut, "Gak apa-apa kok, Van. Cuma sakit perut doang," sahut Fany, tangannya masih sibuk memegang perutnya yang terasa nyeri.

Vano menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.

"Itu pasti gara-gara kamu lagi dapet Fan," ucap Vano.

Dengan terkejut, Fany memutar lagi kepalanya ke arah Vano, "Hah? Dapet?" tanya Fany, tidak mengerti.

"Iya Fan, kamu harus beli pembalut," jelas Vano lagi.

"Pembalut?" tanya Fany, dengan suara kecil.

Mereka berjalan di pinggir trotoar jalan, dengan Vano yang menuntun sepedanya dan Fany di sebelah sepeda itu, masih dengan sweater yang melilit pinggangnya.

Vano berkedip lagi, melihat Fany yang sepertinya tidak mengerti keadaan. Vano mengambil napas dalam, dan berusaha mengeluarkan suaranya lagi, "Perut kamu masih sakit, Fan?" tanyanya lagi.

Fany mengubah pandangannya menjadi ke atas, dia terlihat membuang napas kasar, lalu bibirnya mengerucut. Tak lama, Fany menoleh pada Vano, lalu mengangguk lemas.

Satu tangan Vano memegang bahu Fany yang terlihat berat, sontak perlakuannya itu membuat Fany kembali menolehkan wajahnya pada Vano.

Melihat Fany yang wajahnya tetap cantik, membuat Vano secara tidak sadar tersenyum lebar.

Bibir Fany yang tadinya tertutup, sekarang sedikit membuka dan lidahnya membasahi bibirnya yang kering, dia mengedipkan matanya, keningnya membuat lipatan, aneh dengan Vano yang memegang bahunya dan tersenyum seperti itu.

Dengan cepat, Fany menepis tangan Vano di pundaknya, lalu berdecak kesal dan membuang pandangannya dari wajah Vano.

"Gak jelas kamu, Vano!" celetuk Fany, lalu jalan lebih dulu meninggalkan Vano dengan sepedanya.

Vano mengedipkan matanya berkali-kali, perlahan senyumnya memudar, dia menggelengkan kepalanya, lalu menghadap ke depan.

Matanya membulat saat menyadari Fany berjalan mendahuluinya, "FANY! TUNGGUIN! DUH," Vano memukul keningnya dengan satu telapak tangan, lalu menjalankan sepedanya cepat untuk mengejar Fany.

Napas Vano terengah-engah, Fany malah membalasnya dengan berjalan cepat, sehingga Vano yang menuntun sepeda itu menjadi kewalahan, "FANYY!"

Saat menyadari Vano sudah dekat dibelakangnya, Fany menoleh kebelakang, dia memperlihatkan wajah kesalnya pada Vano, lalu mempercepat lagi jalannya.

Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang