limaa.

1.9K 103 62
                                    

05 - Buruk. Sangat buruk.

"Masak Ayah gak percaya sih sama Fany?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masak Ayah gak percaya sih sama Fany?"

**

"Kalian abis dari mana aja?!" bentak Xean, kedua tangannya berkacak pinggang, tatapannya tajam dan tak lepas dari anak semata wayangnya, Vano.

Fany yang juga ada disana, ikut merasakan ketegangan akibat suara Xean yang tinggi, dapat terlihat bahwa wajah Fany dan Vano panik.

"Em-itu Yah, ki-kita gak kemana-mana kok," elak Vano, dengan suara yang tercekat.

Mata Xean membulat, lalu tangannya dengan ringan memukul punggung Vano dengan kuat, bahkan Fany menutup matanya tak kuat melihat Vano yang dipukuli oleh ayahnya sendiri.

Plak!

"Kalian pasti abis berantem kan?! Tawuran kan?! Tuh liat, seragam kalian berantakan, baju kalian keluar kaya gitu," bentak Xean, matanya sama sekali tak teralihkan dari Vano.

"Vano! Ayah kan udah bilang sama kamu, kamu jangan ikut-ikutan anak gak bener, jangan jadi anak bandel, jangan ikut tawu—"

"Enggak kok Yah. Tadi aku jatuh dari sepeda," potong Vano cepat, napasnya memburu saat mendapat tatapan tajam dari Ayahnya lagi.

"Kamu belajar bohong dari mana?!" pekik Xean, kali ini Vano menundukkan kepalanya karena Xean tengah membuka sabuk pinggangnya dengan perlahan.

Fany tidak kuat saat melihat Xean membuka sabuk pinggangnya bak seorang psikopat yang siap menerjang mangsanya, "Om, bener kok kata Vano. Kita jatuh dari sepeda," Fany akhirnya mengeluarkan suara.

Seketika Xean mengubah arah pandangnya menjadi menatap Fany, tatapan masih tajam dan otomatis membuat kaki Fany bergetar akibat Xean yang sangat menyeramkan kala itu. Fany memilih melihat ke bawah.

"Be-bener Yah! Masak Ayah gak percaya si sama Fany," celetuk Vano dengan suara dan bibir yang bergetar ketakutan.

"Sama dia?!!" jari telunjuk Xean menunjuk lurus pada wajah Fany, "SAYA GAK PERCAYA!" teriak Xean dengan tekanan di setiap kata-katanya membuat Fany bergidik ngeri.

Xean sudah bersiap dengan sabuk pinggang ditangannya, dia memegang bahu Vano, dan mencengkeramnya kuat. Bahkan membuat Vano berdesis kesakitan.

Beruntung, Lola yang mendengar kebisingan di halaman rumahnya, akhirnya melihat situasi di luar.

Lola mengerutkan keningnya, matanya membulat saat melihat Xean yang hampir saja menyabet Vano dengan sabuk pinggangnya.

Dengan cepat Lola berjalan kesana, dia menarik kepala Vano dan memeluknya. Mengusap kepala Vano yang hampir saja di sabet oleh papanya sendiri.

"Apa sih Ayah?! Kenapa? Kok anaknya dipukulan, kasian dong!" elak Lola, dia masih mengelusi kepala Vano, sedangkan Xean hanya berdecak kesal melihat putranya yang selalu disayang istrinya.

Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang