dua puluh tujuhh.

863 41 108
                                    

27 - diagnosis menegangkan

"Ketika semua kabar buruk datang bersamaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika semua kabar buruk datang bersamaan."

*

Fany menatap dinding kamarnya dengan kosong, matanya bengkak dan mulutnya memerah, pipinya mencetak jelas jejak air mata yang terus mengalir membuat aliran sungai dari mata bengkaknya.

Tangisanya sudah berhenti, tapi air matanya belum selesai, dan isakan-isakan kecil juga belum hilang. Tangannya memeluk boneka Teddy Bear yang dibelikan oleh Avista tempo lalu.

"Apa ya, salah aku sama Vano?" gumam Fany, berusaha berpikir keras kenapa Lola tidak mengizinkan mereka untuk berteman lagi.

"Kenapa Vano gak boleh deket-deket sama aku lagi?" gumam Fany lagi, dan isakannya terjadi lagi.

"Apa Vano kesel sama aku? Sampai nyuruh Tante Lola bilang gitu ke aku?"

"Jangan-jangan gara-gara aku sering jahilin dia," alis Fany terpaut, lalu telapak tangannya menghapus air mata yang mulai berlinangan kembali, "ah, gak mungkin, biasanya juga aku jahilin Vano gak kenapa-kenapa."

Fany mengubah posisinya menjadi tidur di ranjang, dia memiringkan tubuhnya ke arah kanan dan tangannya masih memeluk boneka Teddy Bear yang cukup besar itu.

Tangisnya berlanjut, sampai Fany merasakan semuanya gelap, perlahan-lahan kelopak matanya tertutup, dan Fany melaju ke alam mimpi.

Fany!

Fany! Kamu jangan mau-maunya deket-deket sama Vino terus!

Fany! Makasih banyak ya, Fan tadi udah jenguk aku. Tapi, kenapa sih harus sama Vino!

Hm ... Fany, tolong aku Fan, aku sakit. Ini benar-benar sakit.

Fany!!!

Fany membuka matanya lebar dan dia terbangun dengan posisi duduk. Napasnya terengah-engah seperti orang yang baru saja balapan marathon.

Fany mengusap pelipisnya yang sedikit pening, dia benar-benar merasa ada yang memanggilnya terlalu keras, sehingga Fany bangun dengan terkejut begini.

"Tadi ... mimpi aku?" gumam Fany, berusaha mengingat kembali mimpinya, tapi nyatanya sulit, "tadi siapa ya yang minta tolong?" Fany menghela napas berat, lalu menggelengkan kepalanya.

Fany menoleh ke jendela, matanya menyipit dan tidak menyangka ternyata sudah pagi, rasanya dia tidur hanya beberapa menit saja. 

Fany membuang napas kasar, lalu menurunkan kakinya dari ranjang.

Brak!

"Aaaaaa!" Fany segera menutup kedua matanya dengan tangan. Pintunya kamarnya dibuka dengan kasar dan menampilkan pria tinggi dengan bahu tegap yang bertelanjang dada, "PAPA! NGAPAIN?!" teriak Fany kesal, sangat jarang dirinya melihat pemandangan seperti ini.

Stay Here [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang