04. Penasaran

2.6K 208 11
                                    

"Kalian mau jadi jagoan, begitu?!!"

"Bukan aku yang mulai yah...?"

"Nathan!! Saya belum selesai bicara!. Baru saja ayah ingatkan. jangan mulai lagi dengan kesalahan yang sama!!!"

"Kamu selalu buat ulah!!! Apa tidak bisa kalian selesaikan masalah dengan pakai otak!!! JANGAN PAKAI OTOT"

Nathan kembali menunduk mendengar bentakan ayahnya.
Sedangkan Bayu. Anak itu sedari tadi hanya terdiam menyimak semua perkataan Rektornya sekaligus ayah dari sahabatnya.

Teriakan demi teriakan Bagaskara lontarkan sejak kejadian perkelahian Nathan dan Bayu di kantin.
Memiliki anak laki-laki memang harus ekstra dalam mendidik. Apalagi anak seumuran seperti Nathan.

"Mulai sekarang papa cabut semua fasilitas kamu.
Termasuk ruangan pribadi kamu di kampus!?"

"Yah...?"

"Kamu boleh keluar"
Final Bagas.
Tanpa berkata lagi, terpaksa Nathan keluar dari ruangan itu.

Bayu yang hendak keluar juga, tertahan saat ayah Nathan berseru.

"Bayu....?"

Saat Bayu menoleh, Bagaskara menghampirinya dengan wajah sendu. Berbeda 175 derajat ketika dirinya tengah berada dalam kemarahan.

Reader : "Bukannya 180 derajat ya min?"
Author : "ya udahlah...lu tambain aja 5"
Reader : "Hadeeehhhh

"Saya minta maaf. Saya tahu kamu belum bisa menerima kematian Adrian"

Bayu beralih menghadap Bagas dengan posisi sempurna.

"Maafin Bayu om, Bayu kelepasan."

"Saya tau itu bukan karena kesalahan Nathan. Jadi saya mohon berhenti menyalahi dia."

"Om bener. Saya cuma gak mau kehilangan salah salah satu sahabat saya lagi. Cukup Adrian."
Bayu menunduk sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.

"Saya cuma mau dia brenti ngelakuin hal bodoh kayak gitu. Saya marah waktu denger dia berulah lagi. Jadi maafin Bayu om." Bayu menambahkan.

"Ya sudah. Saya harap ini terakhir kalian ribut dan berselisih paham"

Bayu mengangguk sebelum berpamitan untuk pergi.
Selepas keluar dari ruangan tadi, Bayu melihat Nathan yang sepertinya tengah memarahi seseorang.

Disana. Tepat didepan ruangan Prilly membeku melihat Nathan yang juga menatapnya dengan raut wajah penuh amarah.

"Lo lagi!"
Prilly terkejut mendengar suara Nathan yang sedikit berteriak. Terdengar seperti orang yang hampir ingin meluapkan segala amarahnya.
Dengan penampilan rambut gondrong serta kumis dan jambang yang sedikit lebih panjang. Membuat anak itu terlihat menyeramkan.
Padahal dirinya hanya tidak sengaja menabrak tubuh pemuda itu. Namun aura yang ia dapatkan begitu horor.

"Kemaren lo minta ditabrak! Sekarang lo nabrak!!"
Prilly mengernyitkan dahinya.
Emang ada gitu orang minta ditabrak.

"Ma_maaf"
Suara Prilly terdengar terbata. Dia hanya menunduk untuk menghindari mata tajam milik Nathan.

"Makannya kalo jalan liat-liatan!!"
Suara Nathan masih terdengar emosi. Dan beberapa saat dia berjalan melewati Prilly yang masih terdiam karena terkejut.

Dari jarak tidak terlalu jauh, Bayu terus mengawasi setiap perubahan raut wajah gadis didepannya.
Mulai dari takut, bingung, dan menggemaskan di waktu bersamaan.
Hatinya bertanya. Siapa dia?

***

Langkah Prilly terhenti tanpa aba-aba.
Dia mencoba menetralkan keadaan dirinya. Sejak kejadian tadi, hati dan juga pikirannya masih sama. Memikirkan seseorang yang tidak dapat ia jelaskan secara logika.
Disana. Tepat di depan halaman kampus mobil Alvin bertengger manis.
Bukan hanya Alvin. Mobil Rendra juga terparkir di sampingnya.
Bahkan motor Sport biru milik Royan ikut terpajang diantara kedua mobil itu.

My Senior ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang