23. Rival baru

2.2K 187 21
                                    

Ada banyak alasan mengapa banyak orang tidak menyukai olahraga yang bernama basket.
Selain faktor postur tubuh yang kurang tinggi ada beberapa alasan bagi mereka tidak menyukainya.

Seperti sekarang ini. Prilly tengah mengamati beberapa anak yang bermain basket.
Sebenarnya dia sangat ingin merasakan bagaimana tangannya menyentuh benda bundar itu. Mendrible, melompat, shooting, dan beberapa hal yang berhubungan dengan basket.
Namun melihat tubuhnya yang mungil, dia selalu mengurungkan niatnya.

"Pengen main"

"Eh_"

Bima tersenyum. Dia selalu suka membuat Prilly terkejut.

"Lo ngapain? Masih belum berani?"

"Pengen sih. Tapi gue males"

"Males apa belum pede?"
Prilly beranjak berniat ingin pergi. Namun sebelum itu tangannya sudah di cekal oleh Bima dan menariknya menuju ke tengah lapangan.

"Lo ngapain, sih? Gue gak bisa"

"Lo harus belajar. Biar gak selalu jadi penonton. Gue bosen liat lo di tribun"
Bima mengambil satu bola dan menyerahkannya pada Prilly"

"Bim..."

"Apa!?"

"Gue gak bisa"
Keluh Prilly.

"Cobak aja dulu"
Bima menuntun Prilly menghadap ring dengan tangannya dan tangan Prilly menyatu memegang bola tadi.
Posisi Bima tepat dibelakang punggung Prilly. Jika dilihat dari jauh, Bima seolah memeluk gadis itu dari belakang.

"Tangan kanan lo sebagai tumpuan, dan tangan kiri lo disini"
Bima mulai mengajari Prilly bagaimana memegang bola yang benar. Sebelum bola itu dilempar untuk masuk de dalam ring.

"Terus?"
Prilly masih berdiri kaku menunggu instrupsi Bima.

"Terus kedua kaki lo tekuk sedikit, seolah-olah lo pengen lompat. Dan....lempar"

Prilly dengan refleks melempar bola tadi dari tangannya.
Namun apa yang terjadi.
Bima menatap Prilly datar seolah berkata 'apa yang lo lakuin'?.

Bukannya di lempar ke ring. Malah bola tadi terlempar jauh dari sasaran.

"Bukan di lempar ke koridor, Bie. Tapi ke ring" Gemas Bima.

"He. Sorry"
Prilly tersenyum polos menampilkan deretan giginya. Siapa yang bisa marah jika sudah seperti itu.

"Kita coba lagi"
Bima menyerahkan bola yang baru saja diambilnya dari luar lapangan.

"Yah, seperti itu"
Bima membenarkan letak bola pada tangan Prilly agar terlempar dengan benar nantinya.

"Gini?"

"Iya. Sekarang lo fokus sama ring. Bayangin aja ring itu adalah kepala orang yang lo benci. Dan lo harus ngelempar bola itu tepat di mukaknya dia"

Otak Prilly langsung berputar mengingat satu nama yang selama ini mengganggu ketentraman hidupnya. Nathan.

"Tekuk sedikit lutut lo. Dan, lempar!"

Bola terlempar melengkung dengan mulus.
Prilly hampir saja menjerit saat bola yang dia lempar tadi langsung memasuki keranjang tanpa kendala.

"Bim! Lo liat kan tadi!"
Senyum Prilly merekah. Dia menunjuk ring basket sambil melihat ke arah Bima berdiri.

"Gue bisa.!" Tambahnya sambil sedikit berteriak.

"Ya udah sekarang coba lagi"
Bima kembali mengambil bola dan menyerahkan lagi pada Prilly.

Seperti sebelumnya. Prilly menunggu aba-aba dari sahabatnya.
"Lempar!!"

My Senior ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang