06. Reinkarnasi

1.3K 105 4
                                        


Hai....gimana kabarnya hari ini?
Baik ya...?
Atau mungkin sebaliknya?
Karena gak ada yang nanyain kabar. Gak ada yang ngingetin makan atau gak ada yang bikin baper?
Sama Auto juga.
Mari berpelukan....

***

Sesampainya di kampus. Nathan langsung memasuki ruangan yang lumayan luas.
Bisa dikatakan ruangan itu adalah basecamp dia dan juga sahabatnya.
Mengingat hari masih terlalu pagi, dia berniat ingin menghabiskan waktu dengan tidur.
Karena demi mendapatkan motor kesayangannya, dia harus rela kucing-kucingan dengan sang ayah pagi-pagi sekali.
Anggap saja dia tidak bisa hidup tanpa kuda besi itu.

Nathan bernafas lega saat menemukan benda yang ia cari.
Sebuah kunci duplikat yang sengaja ia buat untuk berjaga-jaga jika nantinya Bagaskara kembali menyita semua fasilitasnya.
Tidak banyak yang tersimpan di ruangan itu.
Hanya ada beberapa alat musik yang memang disediakan oleh Bagaskara karena permintaan Nathan di hari ulang tahunnya beberapa tahun lalu.

Kecintaannya akan musik sudah terlihat sejak dia masih mengecam sekolah dasar.
Gitar. salah satu alat musik itu menjadi gitar pertamanya sewaktu dia masih kecil.
Sampai sekarang. Dia sangat menyukai musik melebihi hobinya yang lain. Bahkan balapan motor sekalipun.

Nathan langsung merebahkan tubuhnya pada salah satu sofa panjang di ujung ruangan.
Tidak butuh waktu lama untuknya sampai di alam bawah sadar.
Karena menurut dia. Hanya ada dua tempat ternyaman di hidupnya, yaitu saat dia pulang kerumah dan ditempat saat ini ia berada.

Namun ketenangannya sedikit terganggu karena bunyi pintu yang sepertinya di buka dari luar.

Nathan mencoba tidak memperdulikan. Dia berpikir mungkin saja itu sahabat-sahabatnya. Namun saat derap langkah itu semakin pelan memasuki ruangan. Nathan bisa memastikan bahwa itu bukanlah para sahabatnya.

Terpaksa Nathan menarik tubuhnya dari tempat semula. Betapa terkejutnya dia saat mengetahui gadis yang tanpa permisi memasuki ruangan pribadinya.
Dan sepertinya gadis itu tidak menyadari keberadaan Nathan.

Saat hendak menghampiri. Langkah Nathan terhenti begitu melihat gadis itu adalah orang yang sama yang hampir beberapa kali ditabrak olehnya.

"Ngapain tu cewek"
Nathan bertanya pada dirinya sendiri sambil terus mengamati pergerakan gadis mungil didepannya.

***

"Kalian bakal terkejut setelah liat ini."

Firman menyerahkan beberapa potongan artikel dan juga beberapa foto yang telah menjadi berkas ke tangan Alvin.

Disana. Tepat dibelakang rumah Alvin mereka berkumpul.
Tempat itu seolah menjadi rumah kedua bagi mereka sejak Ali masih ada.
Kebiasaan Ali yang selalu menginap dirumah Alvin menular kepada mereka semua.
Bahkan Alvin sengaja menyediakan tempat khusus untuk salah satu sahabatnya itu.

"Dia Nathan"
Firman kembali bersuara setelah Alvin membolak balikkan beberapa berkas.

Royan yang saat itu mengambil salah satu foto langsung terdiam melihatnya.
Sedangkan Rendra ikut menimbrung apa yang tengah Alvin baca.

"Dia anak dari rektor sekaligus pemilik kampus"
Alvin terus mendengarkan penjelasan Firman namun matanya tetap tertuju pada tangan yang beralih mengambil foto berukuran R.

"Dan lo bakalan terkejut lagi siapa nama dia!?"
Alvin, Rendra dan Royan kompak menatap Firman yang sedari tadi tengah berdiri.

"Nathaniel Ali Marvin"
Melihat raut keterkejutan, Firman ingin menjelaskan lebih lanjut namun ia urungkan. Dia sudah menduga ini sebelumnya.
Alvin yang masih tidak percaya kini bangkit dari tempatnya semula. Dia melihat foto yang terpajang di ruangan itu. Foto dirinya dan juga Ali.
Dia membandingkan dengan foto yang ada ditangannya.
Tidak ada yang berbeda. Mereka mirip bahkan hampir sama.
Hanya saja gambar Nathan terlihat lebih dewasa. Dengan kumis tipis dan rambut yang sedikit lebih panjang.
Namun Alvin yakin. Jika saja Ali masih hidup dia pasti seperti Nathan.
Bisa dikatakan Nathan adalah Ali dimasa dewasanya.

My Senior ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang