Dari kejauhan Alvin dan Royan tengah mengamati Nathan dan Prilly yang tengah ribut.
Saat ingin memasuki kamar rawat inap Rendra, kebetulan tanpa sengaja mereka melihat keduanya tengah berdebat sengit."Lo liat kan. Gimana Prilly sekarang. Sebelum Nathan datang gue gak pernah liat Prilly mencak-mencak kayak gitu. Terakhir dia marah besar saat Ali dulu ngerjain dia. Dan lo tau setelahnya? Dia kayak mayat hidup yang gak punya semangat"
Alvin terus mengangguk namun matanya masih melihat Prilly yang kini memukul Nathan bertubi-tubi.
"Gue benci sama cara lo. Tapi gue lebih benci lagi kalau liat adek gue selalu murung. Mending dia teriak kayak gitu daripada diem dan nangis""Sekarang lo paham kan. Kenapa gue nyuruh Nathan buat bantuin gue"
Royan berbalik menatap Alvin. "Bahkan tu anak rela di benci demi liat Prilly marah. Katanya hati dia selalu berontak tiap kali liat Prilly nangis.
Gue awalnya bingung dengan alasan dia, tapi setelah denger penjelasan lo tentang Ali yang mendonorkan jantungnya, gue semakin yakin kalau Ali emang ada dalam diri Nathan.""Gue juga gak salah ngasik dia motor Ali, karna secara tidak langsung dia adalah pemiliknya. Buktinya tu anak langsung bisa ngenalin motor Ali. Padahal lo tau kan di garasi motor gue banyak"
Alvin setuju dengan alasan Royan.
Sepertinya dia dan sahabatnya harus mulai berdamai dengan semua yang berkaitan dengan Nathan."Kalian ngapain?!"
Suara Nathan mengejutkan Alvin dan Rendra."Eh__kita...kita gak ngapa-ngapain kan ya,Vin"
"Hah_? Eh iya. Kita gak ngapa-ngapain kok?!"
Nathan curiga dengan senyum Alvin yang dipaksakan."Kalian nguping?!" Tuduh Nathan.
Royan mengusap tengkuknya lantas melirik Alvin yang sepertinya enggan untuk menjawab.
"Kita bukan nguping. Cuma gak sengaja kedengeran"
Satu alis Nathan terangkat mendengar Royan membela diri."Mana si Hendro?"
Wajah Alvin dan Royan seperti kebingungan mendapat pertanyaan itu.
"Hendro??" Cengo Royan.Decakan lolos dari mulut Nathan. "Temen lo"
"Oh. Si Rendra"
Roy dan Alvin kompak menjawab."Kata anak-anak dia lagi istirahat. Ini kamarnya"
Nathan melihat pintu kamar yang ada di samping Royan""Tapi lo mo ngapain? Lo gak mo bikin dia babak belur lagi kan?"
Pertanyaan Alvin hanya dijawab hendikan bahu oleh Nathan.
Anak itu lantas membuka pintu kamar perlahan.Kamar Rendra sedikit luas. Disana terdapat semua anak buah Ali. Ramai itulah kesan pertama saat memasuki kamar tersebut.
Bayong dan Taka yang menyadari kedatangan Nathan langsung berdiri diikuti anak-anak yang lainnya. Sebuah refleks dan sebuah kebiasaan lama saat dulu mereka kedatangan sosok Ali. Leader mereka.
Nathan mengamati satu persatu dari mereka. Dan matanya terhenti pada Rendra yang kini tengah melakukan hal yang sama.
"Gue pengen ngomong"
Hanya satu kalimat yang keluar dari mulut Nathan. Namun itu mampu membuat semuanya terdiam.
Tanpa mengulangi lagi. Kalimat itu seperti sebuah sihir yang membuat mereka dengan teratur keluar ruangan.Setelah semuanya keluar dan hanya tersisa Royan, Alvin dan tentunya Rendra. Nathan maju beberapa langkah sampai tepat di pinggir bangkar Rendra.
"Gue pasang lima puluh. Mereka pasti bakalan ribut lagi" Royan berbisik sambil mengeluarkan uang kertas warna biru dari saku jaketnya.
"Lo udah gila!!. Gue pasang dua puluh"
Alvin mengeluarkan uangnya juga dari dompetnya."Yee....si begok. Gue pikir lo gak mao"
"Mau gak.? Kalo nggak ya udah"
Alvin bermaksud memasukkan kembali uang yang tadi diulurkan pada Roy."Ck. Yaudah yaudah mana"
Royan mengambil uang Alvin dan menggabungkannya dengan uangnya sendiri."Gue minta maaf"
Alvin dan Royan kompak menoleh.
Siapa yang mengatakan kata maaf barusan?"Asal lo tau. Gue ngelakuin itu semua karena ada alasannya." Nathan melanjutkan.
Rendra hanya diam. Dia tidak tahu harus menanggapinya seperti apa.
"Gue gak butuh alasan lo"
Ucapan Rendra tidak kalah dingin dengan Nathan.Nathan tersenyum miring. Benar kata Royan. Kalau pemuda didepannya memiliki kesamaan dengan dirinya.
"Gue juga gak perlu bilang alasan kenapa gue deketin Prilly. Gue kesini cuma minta maaf soal kejadian kemaren. Itu doang"
Nathan berbalik lalu pergi begitu saja.Alvin dan Royan yang melihat kejadian barusan hanya melongo. Bukannya mereka mau berantem.
"Ini jatah gue"
Alvin merebut uang kertas dua lembar dari tangan Royan. Rupanya kali ini dia menang.Royan mengerjap pelan sambil melihat Nathan keluar.
"Gue pikir mereka bakalan ribut"
Wajah Royan sangat konyol saat mengatakan itu.
Baru kali ini dia kalah taruhan.***
Saat keluar dari ruangan Rendra tepat saat Nathan menutup pintunya, lagi-lagi ia dikejutkan oleh kedatangan Prilly yang tengah berdiri didepannya dengan tatapan menyebalkan menurut Nathan.
"Lo ngapain disini!!"
Nathan berdecak mendengar nada sinis Prilly.
Dia tidak suka itu."Lo mau gebukin abang gue lagi!!"
Tuduhnya.
Nathan yang melihat itu hanya diam menanggapi."Oh...lo mau bikin dia bonyok lagi, gitu.!!"
Lagi lagi Nathan diam.
Entah kenapa kali ini dia tidak suka kalau Prilly terus terusan membencinya.
Hatinya memang berontak tiap melihat Prilly menangis. Namun Nathan mulai risih jika Prilly marah kepadanya karena membela lelaki lain.
Entahlah. Nathan bingung."Lo paling suka yah cari gara-gara. Lo belom puas bikin dia masuk rumah sakit. Dan sekarang lo___!"
Prilly terdiam saat itu juga ketika Nathan membekap pelan mulutnya.Hal pertama yang Prilly rasa adalah jantungnya yang memompa lebih cepat dari biasanya.
Tatapan Nathan saat ini membuat tubuhnya kaku. Enggan untuk beranjak dan bergerak sedikitpun.Bahkan Nathan yang semakin mendekat dapat Prilly rasakan deru nafas lelaki itu.
Baunya manis seperti buah namun segar seperti mint."Lo boleh teriak kalo lo gak suka sama kelakuan gue. Tapi gue gak suka kalo lo teriak karna ngebela cowok lain." Nathan sedikit berbisik sambil terus menatap langsung retina coklat didepannya.
Kalau tadi Nathan menanggapi ocehan Prilly dengan omelan juga. Kali ini berbeda.
Sifat Nathan yang dingin. Irit dalam kalimat dan tatapannya yang tajam seolah menghipnotis Prilly untuk tetap diam.
Tatapan itu...tatapan itu seolah membuat dunia Prilly kembali mengingat satu sosok penting dalam hidupnyaKarena tidak ada tanggapan Nathan perlahan menurunkan tangannya pada mulut Prilly.
Anak itu menunduk sejenak lantas mengangkat kepalanya lagi. Hal itu tidak luput dari penglihatan Prilly.
Itu bukan Nathan yang biasa dia lihat.Kali ini tangan Nathan terangkat kembali.
Mengusap sejenak puncak kepala Prilly perlahan."Jangan pulang malem-malam"
Ucapnya Sebelum pergi meninggalkan Prilly yang masih belum sadar sepenuhnya karena efek dari tatapan Nathan tadi.Tuhan...apakah ini nyata?
***
Apa bedanya itik sama bebek?? ;-)
Sampai jumpa nanti.
Babay...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior Return
FanficSama namun berbeda. Squel dari My Senior My Love. Smnp, 01 september 2019. Peringkat ke #6 dari 155 cerita Alprill pada tanggal 3 september 2019 . Peringkat ke #4 dari 155 cerita Alprill pada tanggal 6 september 2019. Peringkat #1 dari 57 cerita ali...