38. Tunangan?

2.4K 264 18
                                        

"Kamu yakin?"
Bagaskara bertanya sambil berjalan disamping Nathan.
Saat ini mereka tengah berada didepan rumah keluarga Marcel Antara. Kolega sekaligus sahabat seorang Bagaskara.

"Yakin, yah"
Nathan tersenyum mencoba meyakinkan ayahnya.

"Ayah tidak mau kamu ngelakuin ini karena terpaksa, Nathan"

Nathan menghentikan langkahnya kemudian menghadap Bagas dengan sempurna.

"Ini kan yang ayah mau dari dulu. Sekarang Nathan berusaha untuk penuhi semua keinginan ayah. Supaya ayah bangga memiliki Nathan. Ini keputusan Nathan ayah, tidak ada yang Nathan mulai karena terpaksa"

Bagaskara tersenyum. Namun hatinya mulai khawatir melihat perubahan Nathan yang tiba-tiba.
Yang tadinya pembangkang kini menjadi lebih pendiam dan penurut.
Anak itu seolah menutupi sesuatu yang Bagas sendiri sulit untuk mencari tahu.

"Ya sudah. Ayah percaya sama kamu. Semoga keputusan kamu tidak akan membuat kamu menyesal nantinya"

Nathan tertegun mendengar perkataan ayahnya.
Namun logikanya mencoba meyakinkan bahwa inilah yang seharusnya ia lakukan sejak dulu.
Menuruti semua keinginan ayahnya karena Nathan sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa jika tanpa Bagaskara.
Anggap saja ini adalah timbal balik karena ketulusan Bagas yang telah menjadikannya seorang Marvin.

"Sampai kapan kalian berdiri disitu"
Seorang Pria paruh baya dengan setelan jas hitam dipadukan dengan kemeja biru berdiri diambang pintu.

Bagas tersenyum lantas menghampiri Marcel diikuti oleh Nathan dibelakangnya.

"Om"
Nathan dengan cekatan langsung menyalami Marcel.

"Gimana kuliah kamu?"

"Lancar om"
Jawab Nathan sambil sesekali mengangguk sopan.

"Ya sudah, Kita masuk dulu. Didalem sudah pada nunggu"
Marcel merangkul Nathan memasuki pintu utama.
Namun sebelum mereka memasuki ruangan, seorang gadis lebih dulu keluar dan menghampiri Nathan.

"Hai pacar...lama banget, sih. Aku nunggu lama tau dari tadi"
Alena langsung mengapit lengan Nathan. Tidak peduli disana masih ada ayahnya dan juga ayah Nathan.

"Maaf yaa"
Nathan mengusap lengan Alena yang bertengger di lengan kirinya.

Bagas dan Marcel yang melihat kedekatan keduanya hanya bisa tersenyum dan memaklumi. Lantas meninggalkan mereka di teras rumah untuk sekedar berbincang.

"Aku seneng banget tau waktu kamu setuju kita tunangan"
Nathan tersenyum sekilas waktu Alena menyenderkan kepalanya dibahu Nathan.
Entahlah. Ada perasaan risih saat dirinya mendapat perlakuan seperti itu. Padahal dulu hal seperti ini sudah biasa ia lakukan bersama Alena.
Namun sejak beberapa waktu belakangan. Perasaan Nathan berubah bersamaan dengan kedekatan dirinya dengan seorang gadis mungil diluar sana.

"Iya aku juga seneng"
Jawab Nathan mencoba menghilangkan pikiran ragunya.

"Yuk Kita masuk. Aku bakal kenalin kamu sama keluarga besar aku"
Alena menarik pelan lengan Nathan dan membawanya ke ruangan utama. Dimana disana terdapat keluarganya yang tengah berkumpul.

Ketika sampai dimana keluarga Alena berkumpul, Nathan berdiri kaku melihat seseorang yang sempat menjadi rivalnya dikampus.
Disana terdapat beberapa orang yang Nathan ketahui adalah keluarga besar dari Alena Nafiz Antara.
Gadis yang sempat menjadi pacarnya dan sebentar lagi akan menjadi tunangannya.

Nathan terdiam seribu bahasa ketika melihat seorang Juna. Senior dikampus sekaligus sabumnya di olahraga Tedo.
Namun yang membuat Nathan lebih terkejut lagi adalah seseorang yang saat ini memandangnya dengan wajah datar.
Disana. Rendra tengah berdiri disamping Juna. Melihatnya dengan mata yang Nathan ketahui banyak memiliki arti.

My Senior ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang