8. Bunda

1.2K 99 14
                                        

Vote dulu kawan.
Gratis gak pakek bayar.

Happy reading...

***

Nathan mengganti stik PSnya yang sedikit macet.
Sudah hampir dua jam dirinya nongkrong didepan TV dengan bermain game favoritenya.
Sebenarnya hari ini dia harus kuliah. Namun kebiasaan waktu SMA, tidak bisa ia hilangkan.
Membolos juga menjadi salah satu hobinya.

Saat ditanya mengapa tidak kuliah. Dia akan berkata dengan santai bahwa hari ini libur.
Padahal libur yang dimaksud Nathan disini adalah libur dalam versi dirinya. Dalam artian meliburkan diri alias membolos.

"Ali, Tas bunda dimana, ya?"

"Hah?" Nathan mendadak cengo.

Aura. Ibu Nathan muncul dari balik pintu kamarnya yang tidak jauh dari ruangan utama.
Dengan masih memakai masker wajah dan rambut yang masih di roll. Terlihat bahwa wanita itu tengah mempersiapkan diri.

"Tas bunda Ali. Yang warna putih?
Kamu liat gak? Atau kamu yang simpen?"

Wajah Nathan semakin cengo dan dibuat heran.
Mengapa Aura menanyakan hal seperti itu kepada Nathan. Memangnya Nathan bakalan tahu dimana?.
Jangankan barang ibunya. Kaosnya sendiri saja hilang, Nathan tidak tahu.

"Mana Nathan tau, bun. Lagian ngapain nanyak sama Nathan. Tanya ayah coba" Jawabnya kesal.

"Kok ayah? Dia kan cowok Ali....masak nanyak sama ayah sih" celetuk Aura asal.
"Buruan...bunda harus buru-buru ini"

"Terus bunda kira Nathan apa? Banci?"
Nathan semakin sarkas menjawab.

"Sudahlah. Bunda males bicara sama kamu kayak anak gadis. Gampang marah"

"Issh..."
Nathan melempar stik PSnya asal.
Lalu menggerutu tidak jelas.

"Gini neh kalo ibu-ibu, mau pergi mantenan aja ribetnya rempong amat"

"Ali Marvin! Bunda denger ya?!"
Teriak Aura.

"Astaga!"
Nathan merutuki omelannya sendiri.

"Maaf bun..."

Mendadak dirinya tidak tertarik lagi dengan permainan games didepannya.
Sepertinya dia harus kuliah dan bertemu sahabatnya.
Itu lebih baik. Daripada dirumah dan menyibukkan diri dengan hal yang tidak bermanfaat.
Namun saat mengingat dia masih dalam masa hukuman, Nathan kembali ke tempat semula.
Bagaimana caranya dia ke kampus. Semua kendaraan miliknya masih disita oleh sang ayah.

Riko. Iya dia harus menghubungi sahabatnya itu.
Ketika hendak mencari daftar nama Riko di ponselnya. Tiba-tiba saja Nathan teringat akan satu hal.
Anak itu sedang tidak ada dirumah.
Dan pastinya dia juga tidak akan kuliah hari ini.

Saat dirinya berjalan santai dengan wajah kebingungan. Nathan dikejutkan oleh bundanya yang muncul dibalik punggung anak itu.

"Kamu mau ke kampus kan?"

"Bunda bikin kaget" Nathan mundur selangkah.

"Bunda tanya. Kamu mau ke kampus apa nggak?"

"Iyya. Ali harus ke kampus" Katanya sedikit lembut.
Mendengar sang anak menyebut namanya sendiri. Aura tersenyum. Dia sangat tahu jika anaknya sudah seperti itu pasti ada sesuatu yang dia inginkan.

"Iya udah. Ayo bareng Bunda"

"Hah?!"

"Iyaa bareng bunda. Entar kamu anterin bunda dulu. Habis gitu kamu langsung ke kampus."

Nathan menggeleng pelan.
Bukan. Bukan dia tidak mau mengantar ibunya.
Tapi kalau ke kampus dengan mobil itu.
Membayangkannya saja Nathan sudah bergidik ngeri.

My Senior ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang