28. Sandy

2.1K 222 9
                                        

"Oke Prilly. Karena kamu bisa main piano sama nyanyi juga kamu bisa berperan ganda. Bisa?"

Prilly mengerjap tidak percaya. Pasalnya senior di kampusnya itu hanya mendengar dan melihat permainan musik Prilly sekali saja.

"Tapi kak__"

"Saya suka suara kamu dan cara kamu membawakan lagu sekaligus bermain musik dalam waktu besamaan itu sangat bagus"

"Te_terimakasih, kak"

"Sama-sama. Jadi, setelah ini kita akan selalu bertemu setiap weekend untuk membahas dan membentuk grup musik di kampus kita"

Prilly mengangguk antusias. Keinginannya semasa SMA untuk bermain musik kini akan tercapai saat dirinya menjadi mahasiswa di Marvin.
Menyangkut musik, Prilly selalu axcited. Karena menurutnya, musik adalah hidupnya, musik adalah candu baginya.
Setelah sekian lama. Akhirnya dia akan merasakan kebahagiaan itu lagi.
Dan Prilly yakin, kalau Ali masih hidup dia juga akan mengijinkannya bermain musik.
Apalagi, lelaki itu selalu berkata iya jika menyangkut sesuatu yang membuatnya senang .

Hari sudah mulai sore. Meskipun sangat lelah karena seharian dia mengikuti perkumpulan tadi. Namun semangatnya masih melekat.
Saat melewati koridor, Prilly baru menyadari ternyata suasana kampus mulai sepi. Hanya ada beberapa anak yang masing stay disana.

Prilly mengambil ponsel pintar di dalam tasnya untuk memesan taxi online.
Dia harus cepat pulang. Ingin cepat merasakan empuknya kasur dan bantal doraemon kesukaannya.
Oh, Prilly rindu kamarnya.

"Lah, lah. Kok mati!"
Prilly mendesah pasrah melihat ponselnya ternyata sudah mati dan tidak bisa dihidupkan lagi.
Ini pasti karena dirinya yang lupa untuk mengisi bateraynya tadi pagi.

Mau tidak mau Prilly harus mencari Firman di kelasnya.
Karena anak itu selalu di kampus untuk menjaganya sampai dirinya pulang.

"Astaga. Gue kan nyuruh Firman pulang duluan tadi?!"
Prilly menepuk jidatnya. Karena sekarang adalah hari dimana dalam satu bulan ada satu tanggal khusus untuk Firman dan yang lainnya harus berkumpul di rumah Alvin.
Acara rutin yang mereka adakan semenjak Ali masih ada.
Karena itu tadi Prilly menyuruh anak itu untuk pulang terlebih dahulu.
Lantas bagaimana nasibnya sekarang.

Mau tidak mau Prilly harus berjalan kaki menuju jalan raya. Dimana disana akan ada angkutan umum yang selalu stay menunggu penumpang.
Namun Prilly tidak yakin angkutan itu masih ada, mengingat hari sudah mulai gelap.

"Hai"
Gadis dengan hodie biru kesayangannya itu terlonjak kaget saat tiba-tiba ada yang menyapanya tepat di depan kampus.

"Lo Prilly, kan?"

Prilly hanya diam. Menelisik dari atas sampai bawah. Dilihat dari penampilannya, Prilly yakin anak itu bukan mahasiswa dari kampusnya. Dia seperti anak jalanan. Lebih tepatnya anak geng motor yang tidak Prilly ketahui dari mana asalnya. Merasa tidak mengenali, Prilly hendak pergi namun tangannya di cekal.

"Ups. Maaf"
Lelaki di depannya refleks melepas tangannya yang mencekal tangan Prilly.

Prilly yang merasa ada yang tidak benar dengan orang di depannya ingin sekali beranjak dari tempat itu, namun dia urungkan ketika ada uluran tangan di hadapannya.

"Gue Sandy, sahabatnya Ali"
Dapat Prilly lihat jika lelaki itu menyeringai saat menyebut nama Ali.
Setahu Prilly, Ali tidak memiliki sahabat seperti orang ini.
Hampir satu tahun dia berasama Ali dan dua tahun bersama Alvin cs. Tidak sekalipun dirinya melihat sosok yang saat ini tengah memandangnya lekat.
Prilly tidak suka dengan tatapan itu.

"Gue harus pergi"

"Eits__ mau kemana??"
Sandy menghalangi Prilly dari arah kiri. Saat Prilly kembali hendak melenggang di sisi kanan Sandy menggeser tubuhnya juga ke samping kanan.

My Senior ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang