Seperti hari biasa. Prilly berangkat ke kampusnya dengan menaiki angkutan umum.
Kebiasaannya untuk tidak merepotkan orang lain di warisi oleh sang ibu.
Bahkan sampai saat ini, dapat di hitung Prilly meminta supir pribadi ayahnya untuk sekedar mengantar kemana gadis itu memulai aktifitas.Prilly sengaja berangkat pagi karena dia harus bertemu dengan mahasiswa lainnya yang memiliki kegemaran dan hobi yang sama, yaitu musik.
Namun setelah beberapa saat dirinya menunggu di halte bus. Tidak ada satupun kendaraan umum yang ia rasa muncul di jam yang sama seperti biasa dia pergi ke kampus.
Merasa bosan. Akhirnya Prilly memesan ojek online bernuansa hijau di ponsel miliknya.
Betapa girangnya Prilly saat mengetahui ternyata driver ojek yang dia dapat adalah Bima sahabatnya sendiri.
Melihat dari profilnya, Prilly yakin itu adalah Bima.
Setelah melakukan registrasi dan mendapat tanggapan, senyum Prilly terus mengembang.Ia akan menghukum anak itu karena telah meninggalkannnya sewaktu bersama Nathan.
Prilly sangat heran. Kenapa seorang Bima yang dulunya sangat nakal dan sempat menjadi ketua geng di sekolahnya dulu, menjadi sangat penurut dan segan sama lelaki yang bernama Nathan.
Padahal menurutnya. Nathan gak ada seram-seramnya sama sekali.
Memang sih. Prilly akui beberapa kali melihat Nathan dengan wajah sangarnya, tatapan dingin yang menusuk serta sikap yang menjengkelkan.Entah apa yang membuat Bima sahabatnya sangat segan sama anak itu.
Namun yang Prilly dengar. Nathan selalu membantu semua anak buahnya yang kesulitan. Dan Bima termasuk di dalamnya.Tidak butuh waktu lama. Motor matic hitam berhenti tepat didepannya.
Prilly tersenyum.
Penampilan Bima kali ini sedikit berbeda.
Dengan kaos putih dipadukan dengan kemeja flanel yang terbuka membuat si pengendara seolah bukan seorang driver.
Prilly masih menelisik dari atas sampai bawah. Baru setelah pengendara motor itu membuka helm dan juga masker mulutnya. Prilly dapat mengetahui itu siapa.
Dia Nathan."Lo yang pesen ojek kan?"
Tanya Nathan dengan wajah datar.
Sangat berbeda dengan Nathan yang merecokinya beberapa waktu lalu.Sebenarnya Prilly tidak kaget dengan kehadiran Nathan yang menjadi jasa ojek online dengan memakai motor Bima.
Sahabatnya itu pernah bercerita jika Nathan sering membantunya, termasuk menggantikan anak itu sebagai driver online. Dan mungkin sekarang pun.
Namun yang Prilly rasakan adalah ketidak nyamanan saat mengingat kejadian di parkiran kemarin.
Saat dirinya mengatakan sesuatu yang Prilly ingat lagi adalah kata-kata sedikit nyelkit.Namun mengingat betapa menyebalkan Nathan, Prilly bersikap masa bodo. Dia rasa tidak mungkin seorang Nathan yang terkenal bad boy akan tersinggung dengan ucapannya waktu itu.
"Yang gue pesen, orangnya bukan ello deh perasaan"
Raut wajah Nathan terlihat biasa saja. Seolah tidak niatan untuk menjawab celetukan Prilly barusan.
Melihat itu Prilly menjadi bingung sendiri.
Masak iya seorang Nathan marah hanya karena kalimatnya saat itu."Lo bisa batalin kalo lo mau"
Tuh kan, dia marah.
"Eh__"
Prilly lagi-lagi bingung. Biasanya Nathan akan selalu menjawab kalimatnya dengan kata pedas dan menyebalkan. Anak itu selalu saja ingin berdebat dengannya. Kenapa sekarang berbeda.
Prilly seolah tidak ada pilihan lain.
Dia sangat excited dengan acaranya hari ini. Apalagi menyangkut musik.
Dia tidak boleh terlambat. Tidak mungkin kan dia menunggu bus sepagi ini."Mana helm gue"
Katanya ketus.Nathan menyerahkan helm penumpang yang diambilnya di dalam jok.
Tanpa berkata sedikitpun tentunya.Perlahan namun pasti Nathan melajukan motornya seperti driver lain.
Sebenarnya Nathan tidak suka melajukan motornya dengan kecepatan sedang seperti pengendara pada umumnya, karena jiwa pembalap liarnya selalu meronta jika sudah membawa kendaraan dijalanan.
Namun karena dia tengah menggantikan Bima, keselamatan penumpang harus diutamakan.
Apalagi sekarang, yang dia bawa bukan orang sembarangan.
Nathan sangat tahu betul jika terjadi sesuatu dengan gadis ini maka keselamatan jiwanya akan terancam.Seperti saat ini. Nathan sudah mengira bahwa Prilly tidak sendirian.
Ada beberapa anak motor yang mengikutinya di belakang, yang Nathan ketahui itu adalah suruhannya Alvin. Bisa dilihat dari jaket hitam dengan aksen dua garis horisontal di lengan kirinya yang menjadi ciri khas dari mereka semua.Selama di perjalanan tidak ada satupun yang berniat untuk memulai obrolan ataupun basa basi.
Prilly seolah kehilangan keberaniannya untuk sekedar menyapa anak itu.
Kalau dulu Ali sangat menyeramkan ketika marah. Maka berbeda dengan Nathan.
Prilly tahu sekarang. Ternyata Nathan jauh lebih menyeramkan saat anak itu terdiam.
Entahlah. Seperti ada yang hilang, Prilly sudah terbiasa dengan Nathan yang selalu berusaha mengajaknya ribut ataupun berdebat.
Maka dari itu dia merasa aneh melihat Nathan yang tiba-tiba berubah.Setengah jam kemudian mereka sampai di depan kampus Marvin university.
Dimana itu adalah kampus Nathan sendiri.
Nathan menaikkan kaca pelindung kepalanya dan memperhatikan Prilly yang membuka helm lantas merapikan rambutnya sekilas."Thank's" Prilly merasa gugup sekarang. "Dan sorry kemaren__"
Brum...
Padahal Prilly belum selesai dengan kalimatnya. Nathan sudah pergi begitu saja.
Bahkan dirinya masih belum membayar ongkos tadi.***
Nathan melihat sunrise yang begitu indah lewat jendela kafenya.
Hatinya gelisah sejak tadi pagi.
Entah apa yang membuat hatinya tidak karuan.
Padahal saat bersama Alena, dirinya tidak pernah merasakan hal seperti ini.
Seperti ada sesuatu yang mendorongnya untuk melakukan hal yang bahkan dia sendiri tidak mengetahuinya.
Namun satu hal yang pasti. Setiap Nathan memikirkan hal itu maka yang terlintas dalam pikirannya adalah PrillyGadis yang baru beberapa bulan dikenalnya. Gadis yang mampu membuatnya moodnya berubah.
Gadis yang Nathan ketahui memiliki banyak rahasia dalam hidupnya.
Gadis dengan mata sayu yang sarat akan luka.
Entah apa yang dilakukan gadis itu padanya. Namun dia berhasil memporak porandakan hati Nathan sejak kemarin.
Memikirkan saja membuat hati Nathan bergetar.
Padahal gadis itu tidak ada disini tapi pesonanya menarik Nathan dalam kesadaran.Merasa tidak ada jawaban atas pertanyaan hatinya, Nathan membuka benda pipih dari saku celana.
Saat bertanya lewat kolom pencarian mengapa hatinya selalu gelisah karena satu nama, google menjawab dia sedang jatuh cinta.
Saat menanyakan hatinya selalu bergetar ketika mendengar satu nama, google menjawab dia sedang jatuh cinta.
Dan saat dirinya bertanya mengapa dia merasa tidak rela jika yang memiliki nama itu bersama dengan orang lain. Dan lagi-lagi google menjawab bahwa dirinya tengah cemburu karena jatuh cinta.Nathan melebarkan pupil matanya.
Mana mungkin dia jatuh cinta sama seseorang yang selalu mengajaknya bertengkar."Nggak. Nggak. Nggak....gak bener neh!"
Nathan menggeleng cepat lantas meraup wajahnya kasar, mengacak rambutnya sampai berantakan.Dentingan ponsel terdengar saat Nathan sengaja melempar benda itu di atas meja.
Apa benar yang dikatakan Royan?
Jika dia suka sama Prilly.Kalau itu benar. Apa yang harus dia lakukan.
Menghadapi abang-abangnya saja Nathan merasa tidak nyaman.
Apalagi kalau mereka sampai tahu dirinya menyukai adik yang mereka jaga mati-matian selama ini."Shit!!!"
Nathan mengumpat. Seharusnya tidak seperti ini."Inget Nat, lo gak boleh sukak ama tu cewek!"
Desisnya mencoba meyakinkan.
***Jangan lupa di vote kawan.
Gratis. Lu tinggal baca doang dan cuma diminta buat tekan bintang dipojok kiri bawah.
Udah?Terimakasih

KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior Return
Fiksi PenggemarSama namun berbeda. Squel dari My Senior My Love. Smnp, 01 september 2019. Peringkat ke #6 dari 155 cerita Alprill pada tanggal 3 september 2019 . Peringkat ke #4 dari 155 cerita Alprill pada tanggal 6 september 2019. Peringkat #1 dari 57 cerita ali...