45. Lagi

3.9K 237 55
                                        

Terkadang tuhan sangat baik dengan mengambil seseorang yang sangat kita harapkan seumur hidup bersama kita.

_

Kiky

_

Suasana rumah sakit yang terlihat sepi, tidak membuat Nathan mengurungkan niatnya untuk belajar berjalan. Meskipun tertatih dengan tangan bertumpu pada tembok serta beberapa pilar, namun semangat pemuda itu mengalahkan semuanya.
Demi bertemu Prilly, dirinya harus bisa berjalan.
Bisa dibilang jika gadis yang sering bertengkar dengannya adalah penyemangat sekaligus obat. Buktinya Nathan mau bersusah-susah belajar melangkah hanya untuk bisa menyesuaikan kaki kirinya yang patah.

Sungguh, rasa rindunya kepada seseorang yang memiliki banyak penjaga tersebut membuat Nathan tidak dapat mengontrol hati dan pikirannya. Tidak sedetikpun Nathan melewati waktunya untuk tidak memikirkan gadis itu. Seperti saat ini, sambil berjalan Nathan tersenyum kala mengingat kembali awal-awal dirinya sering bertengkar dengan Prilly.

"Mulai sekarang lo jadi babu gue"

"Hah!"

"Lo budek ya!"

"Ma_maksudnya"

"ELLO JADI BABU GUE, ngerti kan"

"Ke_kenapa harus saya kak?"

Nathan menggeleng mengingat itu. Bagaimana bisa dirinya membully seorang perempuan yang baru dikenalnya.

"Gak usah formal deh ngomong sama gue. Dan satu lagi. Gue gak suka lo panggil kak"

"Oke. Kenapa harus gue!"

"Kenapa? Lo gak mao!"

"Iy_ ya kenapa gue harus mau!"

"Ya udah kalo lo gak mao jadi babu gue, mulai sekarang lo jadi asisten gue!"

"Gue gak mao!"

"Sayangnya gue gak nerima penolakan!"

"Terserah. Pokoknya gue gak mao. Apa hak lo nyuruh-nyuruh gue!"

"Oh. Jadi lo gak mao. Gampang sih, gue tinggal bilang sama bokap buat ngeluarin abang-abang lo itu.

Pantas saja Rendra sering mengajaknya ribut. Setelah diingat kembali, dirinya sangat menyebalkan sampai membuat gadis yang menjadi kesayangan rivalnya selalu berteriak.

"Lo kan yang bikin abang gue masuk rumah sakit!!!"

Nathan duduk di kursi tunggu tempat yang sama saat dimana dirinya dan Prilly bertengkar karena Rendra masuk rumah sakit kala itu.

"Abang lo yang manah?!
Perasaan abang lo ada banyak"

"Gak usah pura-pura begok deh lo. Lo kan yang gebukin dia sampek rusuk dia hampir patah, muka dia bonyok terus mulut dia biru-biru. Ngaku!!!
Ello kan pelakunya!!"

Lagi. Nathan tersenyum mengingat wajah Prilly yang selalu menggemaskan. Alih-alih bergidik ngeri, Nathan justru ingin sekali tertawa saat itu.
Bagaimana Prilly berteriak, menghela nafas dengan kasar dan selalu menatapnya dengan kilatan amarah. Oh, Nathan suka itu.
Namun beberapa saat kemudian, suara benda terjatuh membuat Nathan mengalihkan perhatiannya pada ruangan tepat dibelakangnya saat ini.
Merasa penasaran akhirnya Nathan beranjak lantas berinisiatif untuk melihat apa yang terjadi.

Pelan-pelan Nathan mengintip lewat celah tirai ruangan, betapa terkejutnya dia. Disana, di atas bangkar, Aldi tengah bersusah payah menggapai sesuatu yang ada diatas nakas.
Tanpa pikir panjang, tanpa peduli dengan kakinya yang masih belum sembuh, Nathan langsung membuka pintu dan menghampiri Aldi yang terkejut bukan main saat melihat anak yang sangat ia rindukan muncul secara tiba-tiba.

My Senior ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang