Rendra membuka garasi motor. Hari ini dia berniat memakai kendaraan roda dua itu untuk pergi ke rumah Alvin.
Sepertinya waktu dua hari sudah cukup membuatnya menghilangkan sedikit penat dan rasa kecewa.
Bukan karena sebuah penghianatan, namun sahabatnya yang tidak pernah terbuka membuatnya seolah dikhianati.Begitulah Rendra. Dia akan pulih dengan sendirinya jika dalam pelariannya tidak ada satupun yang bertanya.
Mungkin yang paling memahaminya hanyalah Alvin. Meskipun Rendra lebih akrab dengan Royan, tetapi Alvin sangat mengerti dirinya.
Anak itu akan menghindar jika Rendra masih belum bisa memaafkan sahabatnya itu.
Begitulah Alvin menghadapi setiap sahabatnya dengan caranya sendiri dan dengan metode yang berbeda.Jika menghadapi Ali dengan cara memarahi anak itu, maka berbeda dengan Rendra. Alvin akan menjauhi selama anak itu masih dalam keadaan marah. Memberi waktu kepada Rendra.
Membuatnya seperti air mengalir. Membiarkan Rendra bagitu saja sampai anak itu selesai dengan mode kekesalannya."Hai cogan,"
Gerakan tangan Rendra terhenti mendengar nada suara perempuan yang selalu mengganggunya setiap pagi."Ngapain lo!"
Sewot Rendra."Abang lo mana?"
"Pergi"
"Kemana?"
"Ke rumah pacarnya"
Dinda mendengus kesal mendengar nada ketus Rendra yang tidak pernah berubah.
"Gue serius. Abang lo mana?!"
"..."
Selalu saja begitu. Sifat Rendra yang duabelas tigabelas dengan Juna. Terkadang membuat Dinda ingin menimpuk wajah mereka dengan sepatu miliknya.
"Ren, jawab gue dong""..."
"Lo kenapa, sih. Selalu nyebelin tiap kali ngomong sama gue. Padahal gue nanyaknya serius"
Rendra beralih menghadap Dinda yang masih setia berdiri di luar pagar.
Gadis itu berusaha berjingjit untuk dapat melihat lelaki dingin di depannya."Lo nanyak apa?"
Lagi. Dinda terus mendengus kesal.
Menghadapi Rendra harus ekstra sabar agar dirinya mendapatkan apa yang dia cari."Gue nanyak, abang lo kemana!!?"
Dinda sedikit berteriak membuat Rendra menarik kedua alisnya."Gue gak tau"
Jawab Rendra sekenanya.Mulut Dinda menganga mendengar ucapan Rendra yang selalu menyebalkan.
Merasa tidak ada gunanya bertanya dengan kutub es. Akhirnya Dinda membuka gerbang rumah Rendra dan melenggang masuk begitu saja.Namun saat ingin membuka pintu utama, tangan Dinda berhenti pada handle pintu lantas berbalik pada Rendra yang kini telah berdiri bersama Ninja merah kesayangannya.
"Gue tau pernah buat kesalahan"
Rendra terdiam, telinganya dengan otomatis bersiap untuk mendengarkan kalimat Dinda selanjutnya."Tapi gue gak suka sama perubahan sikap lo sama gue"
Ucap Dinda lagi."Gue tau, lo besikap seperti itu karna sebuah alasan"
Dinda mengambil nafas sejenak.
"Alasan yang sama saat lo ninggalin gue tiba-tiba"Rendra memejamkan matanya mendengar kalimat terakhir Dinda.
Sungguh, dia tidak memiliki keahlian untuk menutupi kegelisahan hatinya. Gadis itu selalu berhasil menyentuh langsung dilubuk hatinya tentang sebuah rasa.
Rasa yang dulu sempat bersinggah sebentar dan kembali berlalu bersamaan dengan berjalannya waktu.Tidak ingin terus mengingat masa lalunya.
Rendra segera menaiki kuda besi itu dan melaju dengan sangat cepat.
Secepat dirinya belajar melupakan kejadian masa itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior Return
Fiksi PenggemarSama namun berbeda. Squel dari My Senior My Love. Smnp, 01 september 2019. Peringkat ke #6 dari 155 cerita Alprill pada tanggal 3 september 2019 . Peringkat ke #4 dari 155 cerita Alprill pada tanggal 6 september 2019. Peringkat #1 dari 57 cerita ali...