34. Dia kembali?

2.5K 236 22
                                    

Alunan lagu milik Brian Mcknight berjudul Back at one yang terdengar sedikit santai menemani kesendirian Prilly malam ini di kamarnya.
Bukan karena gadis itu menyukainya, tapi sejam yang lalu Nathan merekomendasikan lagu itu supaya Prilly mendengarnya.

Entah apa maksud lelaki itu.
Tapi kalau diterjemahkan, lagu yang saat ini mengalun indah memiliki banyak arti. Salah satunya tentang ungkapan hati dan rasa suka.
Prilly tidak mau menebak-nebak dan berspekulasi sendiri kalau Nathan memang menyukainya.
Dia hanya tidak mau berharap sesuatu yang mungkin akan menyakiti hatinya kelak.

Meskipun wajah Nathan sangat sama dengan kekasihnya, tak pelak membuat Prilly gelap mata dan menganggap anak itu sebagai pengganti seseorang dari masa lalunya.
Prilly sadar. Keduanya sangatlah berbeda.
Dan untuk saat ini perasaannya mengatakan bahwa dia tidak mungkin menyukai Nathan.

Prilly akui, beberapa kali dirinya tersentuh akan tindakan Nathan terhadapnya.
Mulai dari Nathan yang tiba-tiba datang menyelamatkannya dari Sandy, membawanya ke pemakaman Ali, sampai perlakuan Nathan hari ini yang bisa dikatakan sangat manis.
Namun Prilly tidak dapat membohongi perasaannya, dia masih mencintai sosok seseorang yang sudah tidak bersamanya lagi.
Perasaannya masih sama. Dihatinya masih ada nama Ali yang masih belum pernah tergantikan sampai saat ini.

Prilly sengaja mematikan lagu yang diputar lewat aplikasi di ponselnya.
Dirinya tidak mau berlarut-larut dalam perasaan yang tidak menentu. Dirinya lelah. Sangat lelah.

Beberapa saat, Prilly mencoba memejamkan matanya.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
Itu artinya, Prilly telat dua jam dari jadwal tidurnya.
Merasa kantuknya belum juga datang, Prilly mencoba mengubah posisinya menjadi menyamping.
Namun tetap saja.
Hampir satu jam dirinya hanya berguling tanpa arah.
Entah mengapa malam ini dirinya sangat sulit untuk pergi ke alam mimpi.
Padahal menurutnya, tempat tidur itu adalah tempat ternyaman di dunia setelah seharian melakukan aktifitas.

Prilly menyerah. Dirinya bangkit dan mengambil sesuatu dari laci yang ada di bawah meja belajarnya.
Setelah mencari beberapa saat, akhirnya ditemukanlah benda yang dicarinya. Sebuah botol yang berisikan beberapa butir obat yang dulu sering digunakan Prilly jika mengalami susah untuk tidur.
Obat itu ia dapati dari seorang dokter yang menangani traumanya selama dua tahun.
Namun beberapa bulan ini, prilly tidak lagi membutuhkan obat itu untuk membantunya mendapat ketenangan dalam tidurnya.
Prilly hanya mengambil beberapa butir untuk ia minum.
Beberapa menit kemudian. Rasa kantuknya mulai menguasai seluruh saraf dan juga pikirannya.
Mata Prilly terpejam dan diapun terlelap.

 

***

Keesokam harinya.

Aulia memasuki kamar putrinya yang tidak terkunci.
Sekarang sudah jam sembilan pagi, tapi anaknya masih belum bangun dari tidurnya.

"Prill, bangun sayang"

Tidak ada jawaban. Sepertinya efek obat yang Prilly minum tadi malam bekerja sangat baik.

"Bangun sayang. Sudah hampir siang ini"

Erangan terdengar dari mulut Prilly.
"Emang udah jam berapa mah,"
Suara serak khas orang bangun tidur terdengar oleh Aulia.

"Jam sembilan"
Jawabnya, sambil merapikan selimut yang Prilly pakai.

"Ily masih ngantuk, mah"

"Buruan mandi sayang, kita kan harus ke rumah sakit"

Prilly hampir saja menguap namun ia urungkan.
"Ngapain? Siapa yang sakit"
Tanyanya bingung.

"Lah, kita kan mau jenguk mantu mamah. Kamu gimana sih?"

My Senior ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang