05. Dia lagi

2.7K 197 8
                                        

 

Saya harus relain gak nonton film action kesukaan saya demi nulis ini cerita.
Terimakasih sudah menunggu.
Happy reading...

***

Tumpukan eskrim dengan berbagai macam rasa kini berada didepan Prilly.
Mulai dari yang berukuran cup kecil sampai yang berukuran besar seperti ember eskrim pada umumnya.

Haagen Dazs, eskrim yang memiliki rasa unik dan sangat lembut menjadi incaran Prilly sedari tadi.
Memiliki harga yang sangat mahal tidak membuatnya ragu untuk memilih.

Mulai dari yang rasa coklat, strawbery sampai yang memiliki rasa kacang-kacangan dipilih semua olehnya.
Ternyata memilih berbagai macam rasa lebih menyenangkan kalau lagi gratis. Begitu pikirnya.

Rendra dan Royan hanya melihat miris pada dompetnya.
Meskipun dompet mereka selalu terisi dengan uang cast yang lumayan banyak, namun kalau sudah begini paling hanya uang duaribuan yang tersisa.

"Itu uang bensin gue tiga hari"
Didepan kasir Royan dengan wajah cengo melihat Prilly yang tengah melahap eskrim yang ditemani oleh Alvin.

"Itu uang jajan gue seminggu"
Rendra hanya menelan salivanya yang terasa tawar.
Mereka hanya mengamati Prilly dan Alvin yang kini terlihat bahagia. Berbeda dengan keduanya.
Mereka sudah menyangka bahwa Prilly akan menguras habis isi dompet mereka.
Namun apapun itu, hanya demi senyuman, mereka rela melakukan apa saja untuk seorang gadis yang dulu pernah menjadi kekasih sahabatnya.

"Gimana kuliah lo?"
Rendra bertanya setelah duduk di deretan kursi tepat didepan Prilly.

"Baik"
Dengan mulut yang masih penuh dengan eskrim Prilly menjawab singkat.

"Terus gimana dengan orang-orang yang kuliah disana"
Royan ikut bertanya setelah sebelumnya ikut duduk disamping Rendra.

Ketika mendengar pertanyaan terakhir, tiba-tiba Prilly terhenti dari acara makannya.
Dia teringat seseorang yang sangat mirip. Bahkan sama dengan orang yang pernah dicintainya.

Melihat perubahan raut wajah Prilly, Rendra langsung mendengus.
Dia mengubah posisi duduknya bersender pada sandaran kursi dan bersedekap.

"Kenapa lo?"
Rendra sangat paham sifat Prilly.
Anak itu tidak akan jujur dengan apa yang terjadi. Terutama sesuatu yang selalu mengganggu pikirannya.

"Anak-anak bilang, lo selalu ngelamun dikampus?"
Rendra masih saja bertanya. Tentu dengan suara yang terdengar dingin dari sebelumnya.
Alvin dan Roy juga melihat Prilly dengan tatapan bertanya.
Mereka menunggu jawaban Prilly.

"Lo yang ngasik tau, atau gue yang cari tau?!"
Melihat Prilly yang masih terdiam tidak berniat untuk menjawab, Rendra menghela nafas.
Dia yakin telah terjadi sesuatu yang tidak ia tahu.

Tiba-tiba mood Prilly berubah. Eskrim yang tadinya sangat manis, kini terasa begitu hambar.
Mereka bertiga bisa dalam sekejap membuatnya tertawa, namun di waktu yang bersamaan, mereka bisa saja membuatnya terdiam seperti sekarang.
Bagaimana dia menjelaskan semuanya.

"Em...baik kok. Baik.
Seniornya juga baik. Semua yang kuliah disana juga baik-baik orangnya"

"Perasaan gue gak nanyak senior lo?!"
Rendra masih bertanya dengan tatapan datar dan mengintimidasi.

"Aa_maksud gue. Gue kan junior neh.
Jadi senior disana baik-baik. Iya gitu maksud gue"

Prilly takut-takut melihat ketiga pemuda didepannya yang masih terdiam namun tak pelak mengangguk juga.
Itu artinya mereka menerima semua alasan yang Prilly alibikan.

My Senior ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang