Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari.
Alvin yang berencana untuk pulang selepas menjaga Prilly kini harus memutar balik kendaraannya untuk kembali ke tempat dimana gadis itu dirawat.
Tidak butuh waktu lama, setelah sampai Alvin kembali memarkirkan mobil kesayangannya pada tempat semula.Tidak mau membuang waktu, Alvin segera berlari menyusuri halaman parkir menuju gedung rumah sakit, kemudian melewati koridor demi sampai pada tempat dimana sahabatnya berada.
Sungguh. Ini bukan kali pertama Alvin mengalami hal serupa. Bahkan dirinya bisa dibilang sangat sering berlari dan mengunjungi tempat itu karena orang-orang terdekatnya.Setelah sampai, betapa terkejutnya Alvin saat melihat Royan duduk diatas lantai sambil bersender pada tembok rumah sakit.
Royan terlihat sangat kacau dengan balutan jaket yang penuh darah.
Ditambah lagi sepertinya anak itu tengah menangis. Karena terdapat bekas air mata bercampur keringat di wajahnya.Roy masih belum menyadari kedatangan Alvin. Sampai anak itu mendongak dan terdiam sejenak melihat Alvin dengan pandangan layu, seolah berkata semuanya tidak dalam keadaan baik-baik saja.
"Vin_"
Dengan salah satu tangan bertumpu pada ubin, Royan mencoba untuk berdiri.
"Nathan Vin..."
Roy menunjuk salah satu kamar dimana Nathan dirawat, dengan suara bergetar."Dia_"
Tidak sanggup meneruskan kalimatnya, Royan menangis. Membuat Alvin menarik kepala anak itu. Mendekapnya, selayaknya seorang kakak.
"Gue disini. Dia gak bakalan kenapa-kenapa" jawabnya sambil menepuk pelan bahu pemuda itu.
Royan menggeleng dalam pelukan Alvin.
"Tapi tadi dia gak mau bangun, Vin?""Mungkin dia lelah. Jadi biarin dia tidur, ya"
Alvin terus mencoba menenangkan. Meskipun dirinya juga mengalami hal serupa. Takut kehilangan orang yang sama.
Royan terus menangis, tangisannya begitu lirih. Hanya terdengar oleh Alvin saja. Namun percayalah, menangis dalam diam itu lebih menyakitkan.
"Gue takut"
Alvin menguraikan pelukannya, demi melihat raut wajah Royan.
"Gue takut kehilangin dia, Vin"
Dengan mata memerah, Royan menatap Alvin sendu.
"Dengerin gue"
Alvin menarik kedua bahu Royan.
"Dia gak bakalan kenapa-kenapa. Gue janji""Nggak. Lo pasti boong"
Anak itu beberapa kali menggeleng.
"Dulu lo juga bilang kayak gitu waktu Ali kecelakaan. Nyatanya apa? Ali ninggalin kita, Vin"Suara Royan mulai meracau dan lepas kendali.
Jika sudah menyangkut para sahabatnya. Maka emosi dia susah terkontrol, seperti sekarang."Gue juga takut, Roy?"
Alvin mulai menghampiri Royan."Bahkan dibandingin lo. Gue jauh lebih takut. Dulu Ali ninggalin kita. Sekarang Prilly sakit. Dan dengan tiba-tiba lo ngasik kabar kalo orang yang baru saja pengen gue jaga lagi sekarat. Lo bayangin gimana perasaan gue saat adek-adek lo mengalami hal yang sama. Gue juga sakit Roy"
Dengan suara bergetar, Alvin menekankan setiap kalimatnya.
Betapapun dirinya berusaha keras menyembunyikan, nyatanya ketakutan kehilangan seseorang yang baru saja ia temukan sangatlah sulit."Gue bakalan berusaha buat dia sembuh. Apapun bakal gue lakuin. Karena gue gak mau kehilangan orang yang sama untuk yang kedua kalinya"
Melihat kesungguhan Alvin, hati anak itu sedikit tenang.
Royan perlahan mengangguk membuat Alvin dapat bernafas lega.
![](https://img.wattpad.com/cover/198869010-288-k270129.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior Return
FanfictionSama namun berbeda. Squel dari My Senior My Love. Smnp, 01 september 2019. Peringkat ke #6 dari 155 cerita Alprill pada tanggal 3 september 2019 . Peringkat ke #4 dari 155 cerita Alprill pada tanggal 6 september 2019. Peringkat #1 dari 57 cerita ali...