30. ijin

2.1K 199 15
                                        

Sehari sebelumnya.

Selepas Nathan pulang dari rumah Alvin, dia sengaja pergi ke kampus malam-malam.
Sebagai anak dari seorang Marvin, masuk ke tempat itu sangatlah mudah. Apalagi dirinya yang selalu membawa kunci duplikat gerbang utama, membuat Nathan dengan gampangnya menelusuri setiap sudut kampus.

Jam yang melingkar dipergelangan tangannya menunjukkan waktu hampir tengah malam.
Namun niatnya sedari tadi sudah bulat.
Pelan-pelan Nathan memarkirkan mobil Riko yang dipakainya.
Setelah dia rasa aman, barulah Nathan berjalan ke arah belakang kampus. Tepatnya di taman belakang yang pernah ia kunjungi dengan Prilly waktu lalu.
Namun banyak yang tidak mengetahui bahwa ditempat itu ada sebuah bangunan khusus dimana hanya Nathan dan para sahabatnya yang boleh masuk.
Bangunan itu seperti kamar, namun terlalu luas untuk dikatakan sebuah tempat tinggal.
Seperti gedung serbaguna. Ya seperti itu.

Setelah memasukkan kode kombinasi, pintu terbuka.
Disana banyak sekali barang Nathan yang tersimpan rapi. Mulai dari beberapa alat musik sampai beberapa pakaian.
Namun ada sesuatu yang lebih berharga dari sekian banyaknya barang itu.
Sebuah motor.
Kendaraan berwarna hitam pekat dengan aksen dua garis putih itu selalu mencuri perhatian Nathan, selalu membuat dirinya seolah menemukan jati diri.
Seperti ada keterikatan dalam dirinya setiap kali dia menaiki motor yang Royan berikan kepadanya beberapa minggu yang lalu.

Nathan tidak mengerti. Setiap dirinya melihat kendaraan itu. Ada sesuatu yang bergejolak dalam jiwanya.
Sebuah adrenalin yang menyuruhnya untuk melakukan banyak hal. Terutama yang berkaitan dengan suasana jalanan.

Tidak butuh lama, Nathan sudah siap di atas motornya. Dengan helm, sarung tangan dan juga jaket hitam yang selalu melekat dalam dirinya.

Setengah jam kemudian. Nathan sampai di sebuah sirkuit ilegal di kawasan ibukota.
Tempat itu sangat sepi karena jauh dari pemukiman warga.
Banyak anak muda yang menunjukkan keahliannya dalam Freestyle maupun balapan langsung yang diadakan oleh Alexis.

Jika diingat, Nathan sudah dua kali ke tempat itu bersama Royan.
Mahasiswa konyol yang baru-baru ini sering membantunya.

Saat Nathan melintas. Suasana yang tadinya ramai, kini sunyi seketika.
Seperti slow motion dalam visual sebuah film. Dimana sang aktor utama saat telah hadir dalam sebuah acara. Seperti itulah Nathan saat ini.

Banyak pasang mata yang mengenali motor yang dikemudikan Nathan.
Siapa yang tidak mengetahui kendaraan salah satu dari four brother yang hanya ada empat buah di kota itu.
Melihtat reaksi mereka, Nathan hanya menghela nafas. Dia tahu hal seperti ini akan terjadi.
Mengingat bahwa pemilik dari motor yang ia kendarai memiliki pengaruh besar. Bahkan untuk khalayak umum.

Bagaimana Nathan bisa mengetahui itu?
Sederhana saja. Saat untuk pertama kalinya Royan memberikan kunci motor itu, Nathan sudah bisa menebak siapa pemiliknya.
Dari gantungan kunci berinisial A, sudah dapat dipastikan bahwa itu bukanlah milik Royan. Apalagi Alvin yang memang jarang menaiki kendaraan roda dua.
Nathan pikir itu bukan milik salah satu dari mereka berdua.
Tetapi milik seseorang yang Nathan ketahui sudah tidak ada lagi di dunia ini.
Namun anehnya. Nathan selalu merasa bahwa dirinyalah pemilik dari kendaraan itu.
Dia sadar, pikirannya selalu menolak. Tetapi hati Nathan seolah mengatakan kebalikannya.

"Ali"
Lamunan Nathan seketika menghilang mendengar seseorang menyerukan nama kecilnya.

"Lo Ali kan?"
Nathan terlihat bingung. Bagaimana ada seseorang yang mengenal nama pribadinya.

"Lo siapa?"
Nathan membuka pelindung kepala. Melihat dengan seksama lelaki bertubuh lumayan kekar di depannya.

"Gue Alex, Li. Alex"
Nathan mengerti sekarang. Jadi orang didepannya mengira bahwa dirinya seorang Mufty.

My Senior ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang