14 - TEROR

2.1K 139 21
                                    

Sore harinya, sepulang dari lapas cipinang dan mampir sebentar di restoran cepat saji untuk makan siang. Reyhan langsung melajukan Grand Livinanya menuju Raffles hills, di kawasan Cibubur.

Sudah satu bulan terakhir Hardin dan Katrina pindah ke Rafless, ke rumah orang tua Hardin. Sejak beberapa teror yang diterima Katrina di apartemen. Hal itu membuat Hardin sangat khawatir. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke Raffles. Dan sejak tinggal di sana, sampai saat ini Hardin belum kembali bercerita kepada Reyhan mengenai teror yang di alami Katrina. Dan hal itu membuat hati Reyhan lega. Mudah-mudahan saja di sana Katrina bisa lebih tenang dan aman.

Bagaimanapun Katrina terlahir di sana, jadi para tetangga lama jelas sudah mengenalnya dengan baik. Katrina tidak akan merasa kesepian bila ditinggal bekerja oleh Hardin.

Reyhan sudah memencet bel berkali-kali. Tapi tidak nampak adanya tanda-tanda kehidupan di dalam rumah besar itu.

Sepi sekali... Pikir Reyhan. Mendadak dia khawatir. Apa mungkin terjadi sesuatu dengan Katrina? Sebab Reyhan tidak menemukan mobil Hardin terparkir di garasi. Apa mungkin jam segini Hardin belum pulang kantor?

Reyhan mencoba untuk mengontak Hardin. Tapi sampai lima kali dia menanggil, tak kunjung ada jawaban.

"Mungkin orangnya sedang keluar kali, Kak?" ucap Luwi.

"Kamu tunggu disini sebentar ya? Aku mau tanyakan ke tetangga depan dulu,"

Reyhan mulai bertanya pada security yang berjaga di rumah yang berhadapan dengan rumah Hardin.

Mereka cukup lama bercakap sampai akhirnya Reyhan kembali.

"Orangnya sudah pindah ke Bandung tadi pagi." ucap Reyhan setengah kecewa. Padahal dia berharap bisa bertemu dengan Katrina.

"Istrinyakan sedang hamil, sementara mereka disini hanya tinggal berdua. Dia khawatir pada istrinya bila ditinggal bekerja sendirian. Kalau di bandung ada omah dan opahnya yang bisa menjaga istrinya bila dia bekerja," Reyhan kembali menjelaskan begitu mereka sudah berada di dalam mobil.

"Wah... Beruntung sekali istrinya, memiliki suami yang begitu perhatian, pasti sahabat Kakak itu adalah laki-laki yang sangat baik ya, Kak?" ucap Luwi kagum. Dia tersenyum menatap ruas jalanan di hadapannya.

Reyhan tersenyum tipis. "Ya, begitulah," ucapnya cuek. Reyhan jadi mencibir dalam hati. Semua orang yang belum benar-benar mengenal sosok Hardin, pasti akan selalu memuji laki-laki itu dengan segala kesempurnaan yang dia miliki. Padahal dibalik itu semua, siapa yang menyangka kalau Hardin itu tak lebih dari seorang laki-laki penggila seks yang hidupnya hanya dia habiskan untuk bersenang-senang dengan banyak wanita. Meski Reyhan tidak menampik satu hal, yaitu tentang perubahan drastis pada sosok Hardin saat ini. Dan itulah hebatnya cinta, bisa merubah segala yang tidak baik menjadi lebih baik.

Sikap Hardin kini memang sudah jauh berbeda dengan sikapnya yang dulu, dan itu semua, berkat Katrina.

***

"Mungkin untuk sementara waktu ini saya akan menetap disini sampai kondisi Katrina membaik. Atau mungkin bisa sampai dia melahirkan. Jadi saya serahkan urusan pekerjaan di Jakarta padamu, ya Dimas?" jelas Hardin pada asisten pribadinya yang baru beberapa bulan belakangan bekerja dengannya di Jakarta. Kini mereka sedang duduk di ruang tamu rumah Hardin di Podomoro Park Buah Batu Bandung.

Dimas adalah laki-laki yang cerdas dan pintar. Mungkin bisa dibilang keahliannya dalam mengurus perusahaan tidak berbeda jauh dengan Reyhan. Dimas adalah sarjana Ekonomi di fakultas ekonomi UGM. Dengan beasiswa Fulbright, Dimas melanjutkan pendidikan master Policy Economics di University of Illinois at Urbana-Champaign yang hanya diselesaikannya selama satu tahun. Pengalaman dari Dimas ini menegaskan bahwa bekal pendidikan pasti akan menunjang karir seseorang di masa yang akan datang. Itulah sebabnya Hardin sangat mempercayai kemajuan perusahaannya di Jakarta di tangan Dimas. Sebab kemampuan Dimas dalam berbisnis jelas tidak perlu diragukan lagi.

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang