29 - MIMPI

1.7K 132 15
                                    

Sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah peribahasa paling tepat yang menggambarkan kondisi Reyhan saat ini.

Setelah hari ini dia mengalami tragedi naas dimana seluruh uangnya yang tersisa di dalam dompet raib tanpa bekas. Dan alasannya justru karena dia hendak menolong seorang ibu-ibu yang kecopetan.

Tapi untung tak dapat diraih sial tak dapat di cegah, niat baiknya itu justru berbuah pahit.

Saai itu, dia telat datang untuk jadwal interview, hingga akhirnya dia pulang berjalan kaki. Menahan haus, menahan lapar, terlebih menahan kecewa. Meski ini bukan hal yang aneh baginya, tapi dia hanya sedih karena malam ini dia tidak bisa membelikan makanan apapun untuk dimakan di rumah bersama sang adik dan keponakannya.

Mereka pasti menunggu dengan penuh harap di rumah. Apalagi pagi tadi saat hendak berangkat check up jantungnya ke rumah sakit, Gibran sempat meminta dibelikan satu porsi bakso saat Reyhan pulang.

Reyhan terduduk di tepi trotoar. Sekedar merelaksasi otot-otot kakinya yang mulai keram. Diliriknya jam yang melingkar di tangan kirinya, sudah menunjukkan pukul 19.45 WIB.

Dia hendak mengecek handphonenya saat tiba-tiba benda itu berbunyi, ada telepon masuk.

Dari Luwi.

"Hallo, Assalamualaikum, Kakak?" suara Luwi di seberang sana terdengar begitu khawatir.

"Iya, waalaikum salam, ada apa?" jawab Reyhan.

"Kakak tidak apa-apakan? Kok jam segini belum pulang sih?"

"Iya, ini juga mau pulang, lagi di jalan. Aku tidak apa-apa. Sebentar lagi juga sampai. Kalian sudah makan?"

"Aku dan Gibran sudah makan, Kakak sendiri sudah makan belum?" Luwi terpaksa berbohong. Uang yang diberikan Reyhan untuk dia pergi check up tadi sudah habis tanpa sisa. Malah minus. Sebab tadi ada obat tambahan yang harus dia tebus. Alhasil Luwi dan Gibranpun terpaksa pulang berjalan Kaki dari rumah sakit ke kontrakan mereka. Dan kini tubuh Gibran sedikit hangat, mungkin karena dia kelelahan berjalan kaki tadi siang.

"Aku juga sudah makan, ya sudah nanti lanjutkan lagi bicaranya di rumah, nanti pulsamu habis."

"Iya, Kak. Cepat pulang,  hati-hati."

"Iya,"

Sambungan telepon itupun diputus. Reyhan menghela nafas berat.

Bukankah memang sudah seharusnya begini, hidup itu adakalanya kita di atas dan adakalanya kita dibawah. Roda kehidupan memang akan selalu berputar dan meraih siapa saja yang Dia kehendaki. Mungkin dengan begini Allah hanya ingin membuat kita lebih mawas diri dan lebih mendekat lagi kepadanya. Allah hanya memberi peringatan kecil untuk diri manusia, bahwa di setiap kesulitan yang kalian hadapi, jangan pernah kalian melupakan-Nya. Sebab apa-apa yang terjadi menimpa diri kita di dunia ini, semua tak lepas dari peran Allah di dalamnya.

Reyhan tersadar, dirinya belum menunaikan shalat isya. Dia pun kembali melangkah dan berharap akan ada sebuah masjid yang dia lewati di depan sana.

Semoga saja...

*****

"Kita mau apa Kak, kesini? Kenapa tempatnya sepi begini?" tanya seorang gadis berseragam SMP yang tangannya ditarik paksa oleh seorang laki-laki berseragam SMA.

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang