Luwi berjalan memasuki rumahnya di mana dia kini mendapati Gibran dan Hardin tengah duduk di karpet lantai di depan Tv.
Gibran sedang memperlihatkan hasil karya menggambarnya yang selalu mendapat pujian oleh sang Guru di sekolah kepada Hardin. Laki-laki itu terlihat antusias memperhatikan gambar-gambar hasil karya Gibran. Mulut mungil Gibran terus berkicau.
Pandangan Hardin kembali tersita pada Luwi, saat wanita itu berjalan melewatinya menuju dapur.
Luwi yang sekarang jelas jauh berbeda dengan Luwi yang dia kenal dahulu. Wanita itu terlihat lebih dewasa dan tubuhnya pun terlihat sedikit lebih berisi, tidak kurus seperti dulu. Dan yang jelas, dia terlihat jauh lebih cantik.
Luwi kembali dari dapur dengan membawa secangkir teh hangat yang dia taruh di meja di depan sofa, masih di ruangan yang sama.
"Reyhan kemana Luwi?" tanya Jodie yang baru saja keluar dari kamar Luwi. Dia baru selesai merapikan barang-barangnya.
"Kak Reyhan ada panggilan interview kerja hari ini. Sekarang malah hujan, mungkin dia akan pulang terlambat," sahut Luwi yang duduk di sofa.
Hardin mendengarkan percakapan mereka. Untunglah, Jodie sudah lebih dulu bertanya, jadi Hardin tidak perlu lagi repot-repot bertanya.
Semakin lama berada di sini membuat perasaan Hardin semakin tidak menentu. Hingga akhirnya dia memilih untuk pamit. Dia tidak perlu menunggu sampai Reyhan pulang apalagi menunggu sampai hujan reda. Dia tidak akan sanggup bertahan lebih lama lagi di sini.
Hardin hendak berpamitan pada Gibran saat bocah itu terlihat sedang asik menggambar ketika tiba-tiba suara Jodie kembali terdengar di ruangan itu.
"Gimana kabarnya lelaki brengsek yang udah ngehamilin lo itu? Udah ketemu?" ucap Jodie saat itu.
Tatapan Luwi sempat tertuju ke arah Hardin sekilas, perasaannya mendadak tidak karuan. Haruskah Luwi mengatakan bahwa lelaki yang di maksud Jodie tersebut kini ada di tengah-tengah mereka?
Tidak! Rasanya tidak mungkin!
Luwi tidak mau memancing keributan terlebih dengan keberadaan Gibran di sini. Sebab, Luwi sudah paham betul bagaimana watak sahabatnya itu.
Walau Jodie itu seorang perempuan, tapi Jodie pintar ilmu beladiri.
"Kembalinya gue ke sini bukan untuk mencari dia Jod. Udahlah, nggak penting juga dibahas. Oh ya, lo udah makan? Gue masak loh, gue ambilin ya?" ucap Luwi mengalihkan percakapan. Luwi hendak berdiri bermaksud untuk mengambilkan makanan untuk Jodie ketika tiba-tiba Hardin pun ikutan berdiri.
"Aku pulang sekarang saja," ucap Hardin datar. Kalimatnya membuat kedua wanita di ruangan itu menoleh ke arahnya. Meski setelahnya tak ada kalimat yang terdengar dari mulut mereka.
Luwi yang sedari tadi diam-diam mencuri pandang pada Hardin, jelas tidak bisa munafik. Nalurinya sebagai seorang wanita tidak menampik beberapa hal yang terdapat pada diri laki-laki itu. Ternyata jika diperhatikan lebih jelas lagi, wajah laki-laki bernama Hardin itu terlihat lebih tampan. Dia terlihat jauh lebih dewasa dengan janggut tipis yang tumbuh di sekitar dagunya. Belum lagi tubuhnya yang kini terlihat lebih atletis, tidak kurus kerempeng seperti dulu. Dan semua hal itu nyaris sempurna membuat kedua bola mata Luwi tak ingin berpaling dari laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DARI MASA LALU (End)
Storie d'amore# 1. Sahabat sejati (14 - 09 -2019) dr 440 cerita # 5. Pilu (07 - 11 - 2019 ) dr 632 cerita Kisah Romansa 21+ Follow dulu sebelum membaca... Sequel lanjutan dari CINTA DI BALIK CADAR Yang paling suka dengan cerita romantis yang bikin baper, ayo mari...