Luwina Clemira Sastro Sudiro
*****
Malam ini hujan baru saja reda. Aspal trotoar di sepanjang jalan Alderman Walk terlihat basah.
Seorang wanita berjalan terhuyung sambil sesekali merapatkan jaket kulitnya. Cuaca kota London di musim dingin seringkali membuatnya terserang flu. Belum lagi di saat dia harus menahan lapar setelah seharian bekerja full time di sebuah resto Nusa Dua London. Restoran khas Indonesia yang menyajikan makanan khas tanah airnya.
Biasanya dia seringkali memunguti makanan sisa dari pengunjung yang datang ke restoran tempatnya bekerja itu. Jika banyak, sebagian dia makan dan sebagian akan dia simpan untuk anaknya di rumah. Tapi hari ini restoran sedang sepi dan para pengunjung kebanyakan para pria yang jelas porsi makannya tidak sedikit. Jadi, hampir semua piring yang dia bereskan di meja hari ini seluruhnya bersih tanpa sisa.
Luwi melenguh tertahan.
Wanita itu berhenti sejenak dan duduk di tepi trotoar. Kepalanya tiba-tiba saja pusing. Perutnya keroncongan. Sejak pagi tadi dia hanya minum enam gelas air putih. Itulah sebabnya mengapa kini dia merasa tidak sanggup untuk berjalan lagi. Akhirnya Luwi memutuskan untuk beristirahat sebentar.
Dia duduk di tepi trotoar itu. Membenamkan wajahnya dalam-dalam di balik kedua lututnya yang ditekuk. Tubuhnya semakin menggigil. Nafasnya pun terlihat berasap. Hingga setelahnya, kedua bola mata indah milik sang wanita terpejam. Dia benar-benar lelah.
Tak lama kemudian, sebuah suara terdengar memanggil-manggil nama wanita yang terduduk di tepi trotoar itu.
"Luwi! Luwi! Bangun Luwi!"
Sayangnya, wanita bernama Luwi itu tak bergerak. Dia masih terus tertunduk dalam diam. Seperti orang yang sedang tertidur.
"Anak ini, selalu saja seperti ini. Tidur di tepi jalan," lagi-lagi suara wanita lain terdengar. Dia terus mengumpat karena kesal. Meski dalam hati, dia sebenarnya khawatir.
"Luwi, bangun! Ayo kita pulang! Luwi? Luwi?" ucap wanita bersweater coklat itu lagi.
Luwi tetap tidak merespon. Dia tetap dalam posisinya semula. Bahkan setelah Jodie menyentuh bahu sahabatnya itu. Lalu dia mengguncang pelan bahu itu, Luwi tetap tidak bangun juga. Hingga akhirnya Jodie menyadari sesuatu.
Sepertinya, Luwi pingsan.
Astaga!
Jodie mendadak panik. Dia melihat sekeliling, sepi sekali. Tak ada orang satu pun selain dirinya dan Luwi.
Hingga akhirnya mau tak mau Jodie sendiri yang harus memapah Luwi pulang. Meski dengan susah payah.
Mereka sampai di Flat milik Jodie sekitar setengah jam kemudian.
Seorang anak laki-laki berumur sekitar sepuluh tahunan terlihat berlari menuju pintu begitu bel berbunyi. Dia membuka pintu itu dengan binar matanya yang hangat. Berharap malam ini dia bisa makan enak seperti kemarin malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DARI MASA LALU (End)
Romance# 1. Sahabat sejati (14 - 09 -2019) dr 440 cerita # 5. Pilu (07 - 11 - 2019 ) dr 632 cerita Kisah Romansa 21+ Follow dulu sebelum membaca... Sequel lanjutan dari CINTA DI BALIK CADAR Yang paling suka dengan cerita romantis yang bikin baper, ayo mari...