47 - TAMU TAK DIUNDANG

1.7K 136 33
                                    

Malam ini Katrina dan Hardin baru saja selesai melakukan aktifitas wajib mereka di ranjang.

Mereka masih tertidur dengan selimut yang menutupi tubuh mereka yang tidak berbusana. Katrina menyandarkan kepalanya di dada suaminya. Sementara Hardin sedang asyik berkutat dengan layar ponselnya.

"Bagaimana kondisi Luwi di rumah sakit tadi?" tanya Katrina pada Hardin, tangannya sibuk berputar-putar di atas perut suaminya. Telunjuknya dia geser mengikuti arah garis-garis kotak di perut sang suami yang memang six pack.

"Sudah membaik. Kata dokter mungkin dua atau tiga hari lagi sudah diperbolehkan pulang, lukanya sudah kering, tapi Luwi masih belum boleh terlalu banyak bergerak," jelas Hardin apa adanya. Dia merasa kegelian di atas perutnya karena sentuhan jari jemari istrinya. Tapi dia sangat menikmatinya. Dia menaruh ponselnya di meja kecil di sisi tempat tidur.

"Kak Reyhan jadi ke Jakarta besok?"

"Iya, jadi. Hmmm, besok kamu bisa tidak menjaga Luwi di rumah sakit? Reyhan tadi memintaku untuk menjaga Luwi dan Gibran selama dia stay di Jakarta."

"Bisa kok, aku juga tidak ada pekerjaan di rumah. Lagipula aku senang bisa bertemu Gibran di sana."

"Kamu suka dengan Gibran?"

Katrina melirik wajah Hardin sekilas. "Sukalah, siapa juga yang tidak suka dengan Gibran, anaknya baik, pintar, lucu dan dia sangat tampan, mirip denganmu," Katrina tertawa kecil di akhir kalimatnya. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan ekspresi wajah Hardin yang mendadak kaku. Tapi permainan tangan Katrina yang kini justru turun semakin ke bawah bagian perutnya dan mulai menyentuh yang tidak seharusnya dia sentuh, membuat Hardin sedikit mendesah.

Katrina tersenyum genit ke arah suaminya. Tangannya terus melancarkan aksinya pada Junior Hardin.

"Kalau nanti sampai bangun lagi, kamu harus tanggung jawab ya, Trina.. Ahh.." Hardin merasakan tangan itu mulai mengocok intens dan terasa lembut meremas kejantanannya. Hardin mulai terangsang lagi.

"Kalau aku tidak mau bagaimana?"

Hardin tidak menjawab. Tapi dia justru langsung menarik selimut itu hingga menutupi seluruh tubuhnya dan sang istri.

"Sepertinya kamu harus terbiasa untuk dipaksa," ucap Hardin di dalam selimut itu.

Dari balik selimut mereka mulai kembali bergumul satu sama lain, bahkan teriakan-teriakan setengah tertawa dari bibir tipis Katrina terdengar keluar saat Hardin mulai menggelitiki tubuhnya.

Dari balik selimut itu mereka merasakan perasaan yang begitu luar biasa hebatnya. Perasaan bahagia yang tiada terkira. Gairah yang penuh dengan kenikmatan dan keromantisan yang penuh dengan cinta kasih yang kian menggelora.

Seandainya saja mereka bisa merasakan hal ini di sepanjang hari yang mereka lalui, tanpa harus memikirkan hal-hal yang mengganggu pikiran dan ketentraman hidup mereka, tentu saja mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia di muka bumi.

Sangat-sangat bahagia...

***

Hari ini, Luwi sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Katrina sengaja datang lagi untuk membantu Luwi membenahi peralatannya. Dan dia sengaja mengajak Pak Budiman yang kebetulan sedang tidak ada acara mengantar Opah dan Omah keluar untuk mengantarnya ke rumah sakit.

CINTA DARI MASA LALU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang